MENULIS, PIKUN, SILATURAHIM, DAN DAKWAH

Oleh Zulkarnaini Diran

Saya sering mendapat pesan dan pertanyaan. Pesan dan pertanyaan itu berhubungan dengan tulisan yang saya apload di media sosial dan blog pribadi https//:zulkarnaini.my.id. Pendapat dan pertanyaan itu umumnya disampaikan melalui whatsaap, fecebook, instragram, dan blog itu sendiri. Pendapat dan pertanyaan tentang tulisan itu muncul dalam berbagai bentuk yang bervariasi. Ada yang bervariasi bahasanya dan ada yang isi atau substansinya. Saya menganggap hal itu sebagai respon positif terhadap aktifitas saya yang terus menulis pada usia senja ini.

Di antara pesan itu berbunyi, ”teruslah menulis dan berkarya, teruslah berbagi, tulisan sangat bermanfaat, semoga tulisan-tulisan itu menjadi amal jariyah” dan lain-lain yang senada dengan itu. Pendapat yang diutarakan para sahabat, hadaitolan, kemenakan, anak-anak, dan cucu itu menjadi motivasi dan dorongan bagi saya untuk terus menulis dan menulis.

Untuk dapat menulis dengan variasi yang kontekstual, tentu saya perlu membaca, mendengar, dan mengamati berbagai fenomena untuk mencari informasi. Dengan demikian secara tidak langsung, para sahabat telah menyemangati saya untuk terus membaca, mencari, dan menyeleksi informasi. Hal itu pulalah yang mendorong saya untuk mencari “modal utama menulis” yakni gagasan, ide, pendapat, sehingga saya tidak pernah kehabisan bahan yang akan ditulis. Artinya, pernyataan atau pendapat para sahabat itu telah menggiring saya kepada dua hal yakni mencari informasi dan menuliskannya kembali untuk dibagi. Intinya, saya termotivasi untuk membaca dan menulis. Terimakasih!

Pertanyaan-pertanyaan yang sampai kepada saya juga bervariasi. Tentu saja variasinya sangat banyak. Ada yang bertanya tentang teknik menulis, tentang upaya-upaya yang dilakukan, tentang produktifitas, tentang ide, tentang sumber tulisan, tentang pembagian waktu setiap hari, dan sebagainya. Dari sekian banyak pertanyaan, ada yang ingin saya jawab melalui tulisan ini. Pertanyaan itu paling banyak muncul dan sampai kepada saya melalui media yang diungkapkan di atas. Pernyaan itu adalah, ”Mengapa ’Mamak’ masih produktif menulis pada usia sekarang?” Pertanyaan seperti itulah yang paling banyak saya terima. Untuk itu pula saya sengaja menjawabnya melalui tulisan ini.

Pertanyaan itu pada hakekatnya memerlukan jawaban ”alasan” saya terus menulis. Artinya, motif yang saya gunakan untuk terus menulis. Memang banyak hal yang membuat orang rajin dan terus menulis. Motifnya tentu bervariasi pula, bermacam-macam pula. Dulu akhir tahun 70-an sampai dengan akhir tahun 2000-an, motif utama saya menulis hanya dua. Kedua motif itu adalah untuk mencari tambahan penghasilan dan untuk melaksanakan tugas. Menulis memang dapat menambah penghasilan dan dapat memperlancar pelaksanaan tugas sebagai profesional.

Awal tahun 80-an saya menulis dan dipublikasikan di tiga surat kabar nasional terbitan daerah. Motifnya mencari tambahan penghasilan. Saat itu saya berprofesi sebagai guru, penghsilan sangatlah ”menegnaskan”. Dari gaji guru tiap bulan, hanya dapat membiayai hidup layak untuk satu pekan. Untuk itu saya menulis rutin di tiga surat kabar yakni Haluan, Singgalang, dan Semangat terbitan Padang. Tentu saja saya menulis dengan nama yang berbeda untuk setiap surat kabar. Apalagi saat itu saya sudah dicatat sebagai wartawan di salah satu surat kabar. Motifnya saat itu, terutama adalah untuk menambah penghasilan di samping motif-motif lain.

Motif kedua adalah untuk kelancaran tugas profesional. Saya sebagai guru, menulis bahan ajar untuk para siswa. Di samping buku teks yang disediakan pemerintah, saya menyiapkan bahan ajar paraktis yang ditulis sendiri sesuai dengan konteks. Dengan bahan ajar yang saya buat itu, terasa tugas-tugas sebagai pengajar berjalan dengan mulus. Bahan ajar itu digandakan sesuai kebutuhan. Segala biaya yang timbul karenanya, ditanggung oleh peserta didik. Bahkan, ada bahan ajar yang saya buat itu juga digunakan oleh teman sejawat guru Bahasa dan Sastra Indoensia di sekolahnya masing-masing. Ketika saya menjadi pengawas sekolah, widyaiswara, dan narasumber berbagai kegiatan saya juga terus menulis, terutama untuk kelancaran tugas profesional itu.

Dalam rentangan waktu awal tahun 80-an sampai dengan akhir tahun 2000-an, saya menulis sejumlah artikel populer tentang berbagai topik pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya. Selain itu saya juga menulis sejumlah makalah ilmiah yang disajikan dalam berbagai seminar dan temu ilmiah. Sejumlah buku juga lahir dari tangan saya yang diterbitkan oleh berbagai penerbit. Alhamdulillah, semua itu dapat menambah penghasilan dan memperlancar tugas-tugas saya sebagai pendidik dan tenaga kependidikan.

Mengenai motif atau alasan menulis untuk menambah penghasilan dan kelancaran tugas itu telah diterbitkan di dalam bentuk buku ”Menikmati Proses dan Hasil Menulis, Belajar Menulis dengan Menulis” yang diterbitkan tahun 2023 oleh Penerbit Adab, Sumedang, Jawa Barat.

Menapaki usia senja, saya berupaya untuk terus membaca dan menulis. Motifnya sudah jauh berbeda dengan motif-motif sebelumnya. Pertanyaan para sahabat itu saya jawab seperti berikut ini, “Saya menulis untuk tiga hal yakni memperlambat proses kepikunan, bersialturahim, dan berdakwah.” Hal itu tergambar dalam proses, publikasi, dan isi atau substansi tulisan saya.

Dan Allah telah menciptakan kamu, kemudian mewafatkanmu, di antara kamu ada yang dikembalikan kepada usia tua renta (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah diketahuinya. Sungguh, Allah Maha mengetahui, Maha Kuasa. (QS An-Nahl,16:70). ”Kelemahan dan pikun yang dialami oleh sebagian manusia adalah bagian dari Sunnah Allah dalam menciptakan dan mengatur kehidupan manusia”, kata Ibnu Katsir dalam tafsirnya. ”Pikun tidak daapat dihindari jika usia panjang, yang bisa dilakukan hanyalah memperlambat prosesnya”, kata para psikolog. ”Membaca dan menulis adalah merupakan sebagian upaya dari sekian banyak usaha untuk memperlambat proses itu”, kata pakar yang lain. Dalam rangka itulah saya masih berupaya terus membaca dan menulis dalam usia senja ini. Itulah motf pertama.

”Baragsiapa yang ingin dihubungkan  (dengan kebaikan) dan diluaskan rezekinya, serta dipanjngkan umurnya, maka sambunglah silaturrahim”. (HR Bukhari dan Muslim).  ”Silaturrahim dapat menyambungkan hubungan kekerabatan dan dapat mendatngkan rezeki serta menolak bala”. HR Muslim). Setiap tulisan saya apload dan terbitkan di http//:zulkarnaini.my.id (blog pribadi saya). Kemudian dikirim ke grup-grup whatshapp, kepada wa individu, ke pacebook, dan media sosial lainnya. Sahabat, kemanakan, anak-anak, dan cucu meresponnya. Respon itu  selalu diirngi dengan doa untuk kesehatan dan keselamatan saya. Tulisaan-tulisan itu telah menghubungkan saya dengaan kerabat dan penanda tersambungnya silaturraahim.

”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka adalah orang-orang beruntung”. (QS Ali Imran, 3:104). Pada ayat lain diperintahkan oleh Allah, ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, .…” (QS An-Nahl, 16:125). Rasulullah menyampaikan, ”Barangsiapa yang menunjukkan (orang lain) kepada kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mlakukannya”. (HR Muslim).  Kemudian Rasul memerintahkan, ”Sampaikanlah dariku, meskipun hany satu ayat”. (HR Bukhari). Banyak rujukan lain yang dapat dijadikan landasan untuk menjadi ”dai’” atau ’juru dakwah”. Nah untuk hal itu pulalah saya memiliki motif untuk terus menulis.

Jadi, pertanyaan, ”Mengapa ’Mamak’ masih produktif menulis pada usia sekarang?”  Itulah jawaban saya yakni memperlambat proses kepikunan, bersilaturrahim, dan berdakwah. Dengan demikian sejumlah pertanyaan yang sampai kepada saya, kini terjawab. Semoga tulisan ini bermanfaat! Terimakasih?

Manna, Bengkulu Selatan, 10 November 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *