Zulkarnaini

RESIKO MENAFSIRKAN

Oleh: Zulkarnaini Diran Kita adalah penafsir.  Kita memiliki potensi dan otoritas untuk itu. Berinteraksi dengan subjek, kita merespon. Respon kita tidak langsung memutuskan pendapat tentang itu, tetapi menafsirkannya terlebih dahulu. Hasil penafsiran itu bermuara kepada pengambilan keputusan atau eksekusi. Keputusannya dapat berbentuk ujaran atau tulisan dan dapat pula berupa tindakan…..

Lanjutkan Membaca...

BANGGA MENJADI ORANG MAHAT, KOLABORASI RANTAU DAN KAMPUNG “BERBUAH MANIS”

Oleh Zulkarnaini Diran “Sayang jo kampuang ditingga-tinggakan (Sayang dengan kampung ditiggal-tinggalkan)” itu ungkapan kelasik yang pernah saya dengar. Begitulah yang saya lakukan (dengan terpaksa?).  Tamat kelas enam SR/SD saya merantau ke Kototinggi (sekarang ibukota Kecamatan Gunuang Omeh) untuk masuk ke SMP. Rantaunya dekat, lebih kurang 25 km dari kampung. Tamat….

Lanjutkan Membaca...

MENGATAKAN, TIDAK MELAKUKAN

Oleh Zulkarnaini Diran Seorang mubalig atau penceramah memikul amanah yang sangat besar. Dia menyampaikan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Seorang da’i hanya pandai berkata-kata di mimbar tanpa mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadi, dia bukan hanya gagal dalam menjalankan kewajibannya, tetapi juga menempatkan dirinya dalam bahaya besar. Resiko yang paling fatal adalah….

Lanjutkan Membaca...

MENJADI GURU KAFFAH

Oleh Zulkarnaini Diran Menjadi guru seutuhnya berarti menjadi guru kaffah. Begitu seseorang memasuki gerbang profesi guru, dia istqomah di dalamnya. Segala dimensi kehidupannya ditumpahkan untuk profesi ini. Semua fasilitas yang dipunyainya disumbangkan untuk pekerjaan ini. Segenap kompetensinya dioptimalkan untuk menunjang profesi yang sampai kini masih lazim disebut “pahlawan tanpa tanda jasa”. Guru….

Lanjutkan Membaca...