KETIKA PENDIDIK BETANYA KEPADA PESERTA DIDIK

Oleh Zulkarnaini Diran

Pertanyaan adalah salah satu instrumen untuk mendapat informasi. Infromasi yang didapat dari instrument ini tergantung kepada “niatan” untuk bertanya. Jika pendidik bertanya kepada peserta didiknya, kemudian peserta didik menjawab dengan jujur, pendidik mendapat informasi tentang “pokok” yang ditanyakan. Lazimnya, pertanyaan pendidik biasanya berkisar tentang pokok-pokok atau topik-topik yang dipelajari. Bagi peserta didik, pertanyaan itu sama dengan “tes” atau “ujian”. Bagimana kalau pendidik bertanya tentang eksistensinya atau keberadaannya di kelas kepada peserta didiknya? Ini baru pertanyaan.

Setiap akhir bulan, pendidik selalu bertanya kepada peserta didiknya. Pokok pertanyannya adalah tentang eksistensi atau keberadaannya di kelas. Informasi yang diinginkan oleh pendidik dari peserta didiknya adalah tentang proses pembelajaran, interkasi di kelas. Pendidik ingin mengklarifikasi atau memastikan apakah yang telah dilakukannya sesuai dengah harapan peserta didiknya. Itulah pokok-pokok yang ingin diungkapkan oleh pendidik tentang dirinya.
Ada beberapa hal yang dapat ditanyakan pendidik kepada peserta didiknya. Misalnya hal yang ditanyakan menyangkut dengan kompetensi kepribadian, profesional, dan pedagogik. Ketiga kompetensi itu dapat dirinci lagi lebih detil seuai kebutuhan. Misalnya yang menangkut kepribadian bisa ditanyakan kepada peserta didik tampilan, berpakaian, kerapian, dan sebagainya.

Berhubungan dengan keprofsionalan misalnya yang ditanyakan adalah penguasaan materi pembelajaran, kemampuan menjawab pertanyaan peserta didik, dan sebagainya. Sedangkan yang berhubungan dengan pedagogik dapat diajukan pertanyaan yang menyangkut dengan sistematika penyajian, penggunaan bahasa dalam penyajian, pelayanan kelompok, pelayanan individu, dan sebagainya.

Pertanyaan-pertanyaan untuk setiap kompetensi dapat diformat sedemikian rupa. Pokok-pokok pertanyaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Artinya, inti pertanyaan itu tergantung kepada apa yang ingin diketahui pendidik dari peserta didiknya tentang keberadaannya. Jawaban peserta didik cukup simpel saja, misalnya menggunakan skala dengan cek (V) saja. Skalanya bisa amat baik, baik, sedang, kurang, amat kurang, dan sebagainya.

Biasanya peserta didik memberikan jawaban yang membuat pendidik senang. Jika hal ini belum biasa dilakukan di kelas, peserta didik enggan menjawab dengan benar, apalagi jawaban sumbang atau jawaban yang memojokkan pendidik. Agar peserta didik mau menjawab apa adanya, menurut kondisi sebenarnya, mintalah kepada mereka menjawab dengan jujur. Selain itu, peserta didik tidak perlu membubuhkan nama di lembar jawaban. Biasanya jika itu dilakukan, pendidikan akan mendapat jawaban yang objektif atas pertanyaan yang diajukannya.

Jawban peserta didik dapat dikomulasikan. Untuk melihat wajah keberadaan pendidik dalam proses pembelajaran secara umum, hasil komulasi jawaban dapat digunakan. Untuk melihat bagian-bagian yang lebih rinci, tentu dapat melalui jawaban yang dikelompokkan sesuai kompetensi pendidik yang ditanyakan kepada peserta didik.

Jawaban peserta didik terutama jawaban jujur dan objektif akan memperlihatkan “wajah” dan “eksistensi” pendidik. Seperti apakah wajahnya, mulus, jerawatan, bopeng-bopeng, dan sebagainya dapat dilihat dari jawaban jujur dan objektif itu. Begitu pula eksistensi atau keberadaannya di hadapan peserta didik akan terlihat dengan jelas. Apakah peserta didik menerimanya dengan baik, menyukainya, mengidolakannya, atau sebaliknya akan terlihat dari jawaban itu.

Ketika pendidik bertanya kepada peserta didik tentang eksistensinya, ia melakukan “refleksi diri” melalui peserta didiknya. Hal itu dilakukannya untuk melihat kenyataan ril tentang dirinya, melihat keberadaannya di kelas, dan diri di hadapan peserta didiknya. Hal itu digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang kompetensinya sebagai pendidik. Jika ada kompetrensi yang telah memenuhi atau di atas standar, tentu selanjutnya ditingkatkan dan dikembangkan. Jika ada kompetensi yang masih di bawah standar, tentu akan ditingkatkan secara berkala dan berkelanjutan.

Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) dapat dimulai dari bertanya kepada peserta didik. Pertanyaan itu mendapat jawaban objektif. Jawaban objektif sesuai pokok pertanyaan adalah gambaran wajah pendidik di mata peserta didiknya. Gambaran objektif itu disikapi secara profesional. Tindakan selanjutnya adalah memperbaiki yang di bawah standar, meningkatkan dan mengembangkan yang sudah standar atau di atas standar. Dengan demikian akan terjadi perbaikan dan peningkatan terus-menerus. Dari sini ishaallah, pendidik profesional akan lahir. Semoga. (DIMUAT SINGGALANG 20 APRIL 2015)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *