PUTRA MAHAT DI BUKU “ENSIKLOPEDIA TOKOH 1001 ORANG MINANG”

Oleh Zulkarnaini Diran

Tanggal 3 Novmber 2023 saya menerima pesan WhatsApp (WA). Saya lihat pengirimnya Hasril Chaniago. “Assalamulaikum, Da Zul. Tolong kirim alamat lengkap dengan kode pos. Ada donatur yang mau bagi hadiah buku ‘1001 Orang Minang’!” Ketika menerima pesan itu saya berada di Kota Manna, Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Tentu saja pesan itu langsung saya respon. Saya kirim alamat lengkap kepada Hasril Chaniago yang “Ketua Redaksi” buku “Ensiklopedia Tokoh, 1001 Orang Minang.

Buku “Ensiklopedia Tokoh 1001 Orang Minang” ini memuat 1.307 entri. Isinya biografi singkat orang Minangkabau atau berdarah keturunan Minangkabau. Rentangan masanya mencakup sembilan abad (abada ke-13 hingga abad ke-21). Mereka tidak hanya berkiprah dan tinggal di Indonesia, tetapi juga yang meranatau dan tinggal  di lima benua. Aktifitas dan peran mereka beranekaragam. Mulai dari yang pernah menjadi kepala negara – raja, sultan atau presiden – negarawan, sampai ibu negara. Ada pula yang ulama, politisi, pengusaha, akademisi, para ahli dan ilmuwan di berbagai bidang, para profesional, sastrawan, wartawan, budayawan, sutradara, bintang film, musisi, penyanyi, para atlet dan olahragawan, para pelopor dan inovator di berbagai bidang. Hingga para pendidik yang pernah menjadi guru teladan nasional. Perhatian khusus juga diberikan kepada generasi milenial Minangkabau (kelahiran 1980 dan setelahnya) yang telah eksis di berbagai bidang kehidudpan dan profesi sejak awal abad ke-21 ini.

Buku yang terdiri dari tiga jilid ini diterbitkan oleh Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat (UMSB) Press bekerjasama dengan Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau. Jilid 1 memuat nama-nama yang diawali huruf A sampai huruf E, jilid 2 untuk nama-nama yang berawalan  huruf F sampai M, dan jilid 3 berisi nama-nama dengan huruf awal N sampai Z.

Pagi, 29 November 2023 ada telepon masuk ke HP saya. Saat itu saya sedang bersepeda di kawasan GOR Haji Agus Salim, Padang. Ketika dilihat penelponnya nomor tidak dikenal, saya tidak mengangkat telepon itu. Sampai di rumah sekitar pukul 10.00 saya melihat ada pesan lewat WA. “Assalamulaikum bapak Zulkarnaini. Perkenalkan awak Denas/ dari tim penulis buku Ensiklopedia 1001 Tokoh Minang. Kito ingin mengantarkan buku ke alamat Bapak,” kata pesan itu. Denas dengan nama panjang Rahmat Irfan Denas adalah Asisten Editor/ Redaktur Naskah buku yang sangat “eksklusif” ini. Pesannya langsung saya jawab dengan menelpon ke nomornya. Telpon saya tidak diangkat saat itu. Beberapa saat kemudian Denas menelpon saya. Dia mengabarkan bahwa buku segera datang, diantarkan kurir.

Begitu buku diterima dan dibuka dari samapulnya, saya dan istri langsung “mensurvei” isi buku. Pertama-tama diidentifikasi nama-nama orang kampung  “Mahat – Maek” yang diasumsikan ada di dalam buku tebal itu. Pada buku 1 di bagian  nama berawal A, ditemukan nama Asasriwarni di halaman 271. Terus dilakukan membaca kilat, ternyata hanya itu nama orang Mahat di buku pertama. Pada buku 3 di bagian nama berawal Z ditemukan nama Zulkarnaini di halaman 646. Asasriwarni dan Zulkarnaini adalah putra Kototinggi, Mahat – Maek yang biografi singkatnya ada di dalam buku “monumental” ini.

Asasriwarni dan Zulkarnaini (Kainir)  telah bersama sejak kecil. Tepatnya sejak mengaji di surau Datuak Djamaluddin di Banjatonga. Ketika mengaji di surau Tuak Kari (panggilan untuak Djamaluddin) banyak hal yang dilakukan. Belajar menjelaskan arti ayat kepada kahlayak. Membaca Al-Quran dan terjemahannya. Membaca doa, azan, iqamah, menjadi imam, dan aktifitas Islami lainnya dipelajarinya bersama-sama. Itulah awal kebersamaan kedua orang yang kini namanya terpatri di buku “fenomenal” ini.

Kebersamaannya berlanjut hingga terjun ke masyarakat. Organisasi yang dibesarkannya di kampung adalah Ikatan Pemuda Pelajar Mahat (IPPM). Ada dua periode kepemimpinan mereka berdua (Zulkarnaini sebagai ketua umum, Asasriwarni sebagai Ketua Satu) di samping pengurus inti lainnya seperti Ali Amri sebagai sekretaris umum, Idris Peto (alm) sebagai bendahara. Pada periode berikutnya Asasriwarni terpilih sebagai ketua umum IPPM. Begitulah kepengurusan bergulir ke generasi berikutnya. Saat itu IPPM benar-benar eksis sebagai organisasi pemuda. Kini IPPM itu tinggal kenangan. Tidak tahu “matinya” organisasi pemuda pada tahun berapa dan pada masa kepengurusan siapa.

Puncak keberadaan IPPM adalah pertemuan di Aula Kantor Bupati Limapuluh Kota di Payakumbuh tahun 1975 (?). Koran daerah menulis bahwa ada organsiasi pemuda dari kampung terisolir berhasil menyusun konsep masa depan di nagari Mahat (Maek) dalam sebuah pertemuan.  Konsep yang terumus saat ini hanya dua garis besar yakni “membebaskan Mahat dari keterisoliran dan memajukan pendidikan bagi generasi penerus”. Alhamdulillah kini, hampir 50 tahun, konsep itu telah menjadi kenyataan. Begitulah sekilas kebersamaan “anak petani” dari negeri terisolasi (masa lalu) ini.

Prof. Dr. H. Asasriwarni,  M.H. adalah guru besar ilmu hukum di UIN Imam Bonjol, Padang. Selain sebagai akademisi dia juga ulama terkenal dan “kondang” di Sumatra Barat, bahkan sampai ke Riau dan Kepri. Banyak jabatan struktural yang disandangnya di kampus UIN ini, seperti , Pjs Rektor UIN Imam Bonjol Padang (2015), wakil rektor, ketua senat, dan sebagainya. Ia aktif di organisasi  keagamaan Nahdatul Ulama (NU) dengan jabatan Ketua Syuriah Pengurus Wilayah NU Sumatra Barat (2010 – 2014) dan duduk dalam jajaran pengurus besar NU (2022 – 2027), serta anggota Dewan Pertimbangan MUI Sumbar dan MUI Pusat. Selain itu dia juga menjadi anggota dewan penasihat ICMI Sumbar. Profesor ini lahir  27 Maret 1952 di Kotinggi,  Mahat – Maek, Limapuluh Kota.

Zulkarnaini adalah seorang guru, wartawan, dan penulis buku yang produktif. Prestasi fenomenalnya sebagai guru adalah  Guru Teladan Satu Nasional tingkat SLTP tahun 1992. Sebagai wartawan dia menjadi anggota PWI Cabang Sumbar. Sangat produktif menulis artikel di berbagai surat kabar daerah dan nasional. Karir yang dititinya mulai dari guru SMP, guru SMA, Pengawas Sekolah, dan Wdiyaiswara Pendidikan Kementerian Pendidikan bertugas di LPMP Sumbar. Selain itu ia juga memiliki sertifikat instruktur daerah dan nasional di bidang pendidikan. Sampai kini masih menulis buku. Bukunya yang “melegenda” adalah Minangkabau Ranah nan Den Cinto dan Minangkabau Ranah nan Elok yang menjadi rujukan pelajaran Budaya Alam Minangkabau tingkat SD dan SLTP di Sumbar selama belasan tahun. Setelah pensiun pun masih aktif menulis buku. Tahun 2023 terbit tiga bukunya tentang pendidikan dan keterampilan menulis. Zulkarnaini lahir 19 Januari 1952 di Kotinggi, Mahat- Maek, Limapuluh Kota.

Kedua putra Mahat – Maek yang sudah “sepuh” ini ada di dalam buku Ensiklopedia Tokoh 1001 Orang Minang. Tentu ada rasa syukur dan rasa bangga yang dimiliki oleh keduanya, karena biografi singkatnya tercantum di dalam buku “bermartabat” ini. Nama anak “kampung” , anak petani, dideretkan dengan nama-nama tokoh besar lain yang berkecimpung di berbagai bidang profesi di lima benua di dalam buku yang “luarbiasa” ini. Alhamdulillah.

Padang, 29 November 2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *