Oleh Zulkarnaini Diran

Begitulah setiap pagi. Saya dan beberapa jemaah di Masjid Baiturrahim membuat “aqad” atau janji. “Mangayuah kito ariko – bersepeda kita hari ini!” Itu di antara janji itu. Eksekusi dari janji itu kami tetapkan di WAG MBRS (Masjid Baiturrahim dan Sekitarnya) GOWES COMMUNITY. Hal yang ditetapkan biasanya rute, jadwal, dan tempat star. Kesepekatan eksekusi itu terjadi sedemikian rupa, kami pun berangkat ”mangayuah” – bersepeda- yang dalam konteks tulisan ini ”menjelajah”.
Rute dan jarak tempuh disepakati berdasarkan waktu. Maksudnya lama bersepeda menetukan rute dan jarak yang akan dilalui. Kalau anggota banyak yang berkegiatan pagi, biasanya sebelum pukul 08.00 sudah sampai di rumah kembali. Berarti waktu bersepeda lebih kurang dua jam, jarak tempuh ditetapkan antara 20 sampai dengan 30 km. Hal itu menandakan kecepatan kayuhan sepeda berkisar antara 10 sampai dengan 15 kilometer perjam. Begitulah kami mengeksekusi janji yang kami buat usai Shalat Subuh di masjid yang berlokasi di belakang Kampus Dua Universitas Negeri Padang (UNP) itu.
Adakalanya, semua anggota bersepakat pulang ke rumah menjelang Zuhur. Kalau begitu rute dan jarak tempuh agak jauh. Biasanya itu berkisar antara 50 sampai 70 km. Selain menjelajahi rute, tentu di dalamnya ada ”kuliner” dua kali. Pagi , sekitar pukul 07.30 sarapan, sekitar pukul 11.30 makan nasi. Sarapan pagi dengan menu ”katupek gulai tunjang” seperti di Olobangau, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman atau di Kuraitaji, Pariaman. Kalau sarapanya ”katupek lauak pukek dan teh talua” di Pantai Katapiang, Batang Anai, Padang Pariaman. Makan nasi dengan menu khas ”kapalo lauak” dipilih lokasi pantai Pariaman, Pantai Ulakan, Pantai Tiram, dan sebagainya. Rumah makan khas sepanjang pantai itu biasanya menjadi persinggahan untuk makan tengah hari.
Bersepeda itu ”menjelajah” di atas dua roda. Roda itu digerakkan dengan kayuahan vedal. Penggeraknya adalah dua kaki pengendara sepeda. Roda sepeda menggelinding di atas tanah, di bumi sesuai dengan arah, tujuan, dan rute yang direncanakan. Kecepatan roda menggelinding tergantung kepada kekuatan kaki dan tenaga pengendaranya. Dua roda itu menggelinding terus dan terus sampai pengendaranya ”berniat” untuk berhenti. Jelajah seperti itu bisa terjadi di berbagai medan. Medan itu dapat bervariasi. Adakalanya medan itu mendatar, mendaki, dan menurun. Selain itu, jalan yang ditempuh bervariasi pula. Ada jalan mulus, berbatu, berpasir, dan bertanah liat. Begitulah, bersepeda itu menjelajahi bumi dengan bervariasi. Yah, bumi ciptaan Allah SWT.
Kelelahan adalah milik manusia normal. Itu hak permanen makhluk yang bernama manusia. Kelelahan dapat diiringi oleh rasa haus dan lapar. Rasa dahaga ketika bersepeda adalah lumrah. Rasa lapar pun merupakan kejadian biasa. Dahaganya manusia dilerai dengan minuman, air yang dibawa atau yang didapat di tempat kuliner. Rasa laparpun juga dipuaskan dengan aneka makanan yang disukai. Bisa jadi makanan di siapkan dari rumah, dapat pula diperoleh di warung yang disinggahi. Air pemuas dahaga, makanan pemuas lapar adalah karunia Allah SWT. Hal itu fasilitas hidup dan kehidupan yang dilimpahkan Allah kepada hamba-Nya yang bernama manusia. Termasuk manusia yang bersepeda – mangayuah. Fasilitas itu dimanfaatkan dengan rasa sykur kepada-Nya oleh hamba yang beriman dan bertaqwa.
Kamis, 26 September 2024 hanya dua dari sekian banyak anggota MBRS GOWES COMMUN yang berkesempatan “mangayuah – menjelajah”. Saya dan Pak Jasman. Pukul 06.10 adalah jadwal keberangkatan kami dari rumah. Rute pilihan adalah Padang, Lubuk Alung, Tiram, dan Katapiang. Oleh karena kami hanya berdua, kecepatan kayuahan dapat dioptimalkan. Paling cepat 24 km/jam. Kecepatan rata-rata 12.5 km/jam termasuk beristirahat dan kuliner. Jarak tempuh pagi ini 48,89 km pergi dan pulang. Kami beristirahat agak lama di Pantai Katapiang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman. Di pantai ini kami menikmati kuliner ”katupek lauak pukek” dan ”teh talua”. Kedua menu ini merupakan ciri khas di pantai yang indah ini.
Sementara menunggu pesanan sarapan pagi, saya mengaso di pantai yang sering kami kunjungi ini. Saya merebahkan diri di atas ayuna tali yang merupakan fasilitas tersedia di pantai. Dalam penungguan itu saya ”merenung”. Bersepeda adalah kegiatan menjelajahi penjuru bumi Allah. Menikmati kuliner adalah memakan sebagian dari rezeki yang diberikan Allah. Dalam renungan yang ternyata amat santai itu, saya teringat ”Perintah Allah” yang dinukilan dalam QS Al-Mulk, 67:15, ”Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” Apakah penjelajahan kami pagi ini sudah sesuai dengan perintah Allah itu?
Hanya Allahlah yang Mahatahu.
Padang, Kamis Malam, 26 September 2024