TAQARRUB

Oleh Zulkarnaini Diran

Taqarrub adalah kata atau istilah yang sering terucap atau diucapkan. Para mubalig atau penceramah sering melontarkan kata ini dalam ceramahnya. Sementara itu pendengar megamininya. Kata yang berasal dari bahasa Arab ini mengandung arti dekat atau mendekati atau karib. Oleh karena sudah terbiasa mendengarnya, tidak semua orang ingin tahu makna yang terkandung di dalamnya. Artinya, kata itu adalah kelaziman yang terlontar dari ujaran para penceramah atau mubalig di hadapan pendengarnya.

Menurut istilah, taqarrub adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Setiap mukmin diperintahkan untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Pencipta, Allah SWT. Perintah itu diwahyukan oleh Allah di dalam banyak ayat Al-Quran. Di antaranya berbunyi, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS al-Maidah [5]: 35).

Mendekatkan diri kepada Allah dikenal dengan istilah taqarrub-billah. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan bahwa jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah melakukan ketaatan kepada-Nya dan beramal saleh yang diridhai-Nya. Taat kepada Allah  SWT diiringi dengan taat kepada Rasullullah SAW, tentu melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi  segala larangan-Nya. Beramal saleh berarti melakukan segala kebaikan atau amal kebajikan sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Amal itu dapat berwujud ibadah mahdah atau ghairu mahdah. Pada ayat lain Allah berfirman, ”Dan, sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Allah).” (QS Al-Alaq, 96:19)

Hal yang dilakukan secara operasional oleh orang mukmin adalah taat, beramal saleh, dan sujud kepada Allah. Kedua ayat di atas mengisyaratkan, garis besar untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT ialah ketiga aktivitas atau tindakan itu. Tentu saja hal itu dilakukan dalam keseharian, dalam kehidupan nyata sehari-hari, bukan dilakukan secara insidental atau serta merta pada situasi tertentu saja. Artinya, ketiga hal yang merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT itu menjadi perilaku atau perangai sehari-hari seorang hamba yang beriman.

Allah berfirman pada hadis Qudsi, ”Apabila seorang hamba-Ku mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari. Apabila ia mendekati- Ku satu jengkal, Aku akan mendekatinya satu hasta.” (HR Bukhari dan Muslim). Allah SWT memberikan sinyal kepada hamba-Nya melalui hadis Qudsi ini. Sinyal itu adalah berupa dorongan atau moivasi agar hamba senantiasa berupaya mendekatkan diri kepada-Nya. Bahkan upaya itu dilipatgandakan oleh Allah hasilnya melalui analogi dari berjalan menjadi berlari, dari sejengkal menjadi sehasta. Sinyal itu seyogya ditangkap oleh hamba-Nya yang beriman untuk istiqamah menempuh jalan mendekatkan diri kepada-Nya.

Rasulullah SAW bersabda, “Hamba Allah yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan sunah di samping amal yang diwajibkan, maka Allah akan mencintainya.” (HR Bukhari). Hadis ini menyatakan, untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT di samping amalan wajib, adalah amalan sunah. Amalan sunah yang dimaksud di sini adalah amalan-amalan sunah yang rutin dilaksanakan oleh Rasulullah SAW. Jika dikaitkan dengan ketaatan kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah-Nya dan menajuhi larangan-Nya, maka perintah yang dilaksanakan itu diutamakan amalan wajib dan didampingi dengan amalan sunah. Hal itu akan menyadikan seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Allah SWT menyatakan dalah hadis qudsi, “Dan tidaklah seorang hamba mendekat kepada-Ku; yang lebih aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Hamba-Ku terus-menerus mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku pun mencintainya. Bila Aku telah mencintainya, maka Aku pun menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia pakai untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia pakai untuk berjalan. Bila ia meminta kepada-Ku, Aku pun pasti memberinya. Dan bila ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pun pasti akan melindunginya.”

Jika seorang hamba melakukan ibadah fardu atau ibadah wajib, itu adalah wujud kecintaannya kepada Allah SWT. Akan tetapi jika hamba-Nya melaksanakan ibadah-ibadah sunah yang rutin dialakukan oleh Rasulullah SAW, dia dicintai oleh Allah. Ketika Allah telah mencintainya pendengaran, penglihatan, tangan, dan kaki dalam fungsinya diridhai oleh Allah SWT. Allah  SWT menegaskan bahwa hamba yang seperti itu jika meminta pasti dikabulkan, jika meminta perlindungan pasti akan dilindungi. Jadi, mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah fardu atau wajib dan melalui ibadah sunah, akan menjadikan kita menjadi ”kekasih Allah SWT”. Pertanda sebagai kekasih-Nya, semua permintaan ”pasti” dikabulkan-Nya.

Jadi, taqarrub adalah ikhtiar, upaya, perjuangan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Caranya adalah menaati perintah Allah dan Rasul-Nya serta melaksanakan amal saleh. Hal itu dilakukan sepanjang hayat, selama hidup, dan terus-menerus. Oleh karena itu, untuk mencapai taqarrub-billah, bagian dari perjuangan untuk menuju kepada-Nya. Jika hal ini dilakukan, insya-Allah kita akan menjadi hamba yang bukan hanya mencintai Allah, tetapi juga dicintai oleh Allah SWT. Hamba yang dicintai Allah akan dikabulkan permintaannya dan senantiasa dalam perlindungan Allah SWT. Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat. Salam!

Manna, Bengkulu Selatan, 6 Februari 2025

Disarikan dari berbagai sumber, di antaranya

Nida-atur Rahman li Ahli Iman (terj:1994), Syeikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Madinah, Maktabah Adhwa’

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *