Oleh Zulkarnaini Diran
Seperti biasa, usai Magrib, saya membuka tablet tua. Dikatakan tua, bukan saja karena usianya lebih sepuluh tahun, tetapi juga bungkus (cassing) luarnya telah mengelupas. Saya telah berupaya mencarikan cassing baru untuk tablet berukuran 10.1 inci ini ke mana-mana, namun tidak ada yang menjual. Sudah terlalu tua untuk alat elektronik. Akan tetapi, tablet bermerk samsung ini bagi saya sangat berarti, karena banyak dokumen tersimpan di sini, banyak cacatan ternukil di dalamnya. Saya menulis di sini, di tablet tua ini. Tulisan tentang apa saja dan saya catat di mana dan kapan saja. Di antaranya adalah seperti tulis-an ini.
Catatan itu begini. Konon Pemkot Padang menurunkan edaran untuk warganya. Edaran itu disampaikan secara berjenjang dari walikota kepada camat, dari camat kepada luran, dari lurah kepada ketua rw se-kota Padang. Isinya mengenai kegiatan malam pergantian tahun.Semua rumah ibadah di kota Padang agar mengumpulkan para remaja untuk bermuhassabah di masjid. Tujuannya, agar remaja tidak berhura-hura di jalan atau di luar rumah. Tentu, niatan Pemkot Padang ini sangat lah baik dan mulia. Patut kita acung-kan jempol. Hebat gagasan Pak Wali Kota ini.
Gagasan dan kegiatan seperti ini sifatnya insidental dan temporer. Maksudnya adalah kegiatan dadakan dan belaku dalam waktu yang singkat. Hanya dalam tempo pendek, sifatnya serta-merta. Dengan demi-kian, dampaknya juga akan temporer.Hanya berdampak pada situasi itu, pada saat kegiatan itu.Jika kajiandilakukan, tentu bukan begitu seharusnya. Remaja banyak keluar rumah malam hari pada akhir tahun atauawal tahun baru. Dikhawatirkan akan timbul maksiat atau musibah. Jika itu kasusnya, haruslah dicari aka masalahnya, bukan dicegah secara temporer atau insidental.
Akar masalahnya ada di dalam keluarga. Anak-anak dan remaja berasal dari rumah. Rumah adalah mad-rasah pertama. Di sana mereka dilahirkan, dididik, dan dibina. Pendidik dan pembinanya adalah ayah-bunda yang menjadi pendidik pertama dan utama. Jika demikian, seharusnya pemerintah punya program kegiatan yang berorientasi kepada keluarga, kepada rumah tangga, dan kepada ayah-bunda. Adakah Pem-ko Padang punya program itu? Entahlah.
Pemerintah pada dasarnya memiliki banyak celah untuk memperbaiki sumber daya manusia melalui pen-didikan. Di antara peluang itu adalah membina keluarga. Asumsi dasar dapat dirumuskan, bahwa tidak semua keluarga siap menjadi “madrasah pertama” bagi anak-anaknya. Tidak setaip ayah-bunda yang mam-pu menjadi “pendidik pertama dan utama” bagi anak-anaknya. Celah ini sebenarnya dapat dimanfaatkan pemerintah. Akan tetapi, pertanyaan yang perlu diajukan adalah, “Apakah pemerintah, pemerintah daerah,pemerintah kabupaten/kota punya program “pembinaan keluarga sebagai pusat pendidikan pertama dan utama”?
Konon, Jepang sangat menyadari hal itu. Rumah atau keluarga adalah institusi pendidikan pertama dan utama. Ayah-bunda adalah guru pertama dan uatama di dalam institusi pendidikan itu. Oleh karena itu, kabarnya, sejak duapuluhtahun terakhir, Jepang memberikan beasiswa S2 dan S3 untuk ibu rumah tangga. Pendidikan dengan beasiswa itu bukan untuk berkarir di pemerintahan dan swasta. Mereka dibiayai melanjutkan pendidikan untuk menjadi pendidik pertama dan utama di dalam keluarga. Hanya untuk keluarganya, untuk anak-anaknya. Jika demikian, dapatlah dibayangkan, Jepang akan memetik hasil sumberdaya manusia yang luarbiasa kualitasnya.
Ini hanya sekedar catatan. Catatan pada akhir tahun. Ini satu di antara ratusan catatan yang saya buat/ tulis dalam rentangan waktu satu tahun, selama tahun 2022. Terutama, saya banyak mencatat perihal pendidikan, karena memang itu dunia saya, dunia pendidikan.
Baiturrahim, Padang, 31 Desember 2022, usaia Isya.