Niat adalah Motivasi

Oleh Zulkarnaini Diran

Menulis itu diawali dengan niat. Ada niat, diringi usaha, jadilah penulis. Niat itu landasan awal, daya dorong yang tumbuh dari dalam. Semakin kuat daya dorongnya semakin hebat usaha untuk mewujudkannya. Niat itu barang “abstrak”, tidak dapat dilihat dan diraba. Ia hanya dapat dirasakan. Oleh karena barangnya tidak kokret, munculnya tidak konsisten. Niat itu turun naik frekuensinya. Katika frekuensinya naik, dia menggebu-gebu untuk diwujudkan. Ketika frekuensinya turun dia benar-benar kehilangan energi untuk direalisasikan. Kadang-kadang dia hilang-hilang timbul. Ya, begitulah.

Niat itu motivasi dari dalam. Daya dorong yang bermagma di dalam diri. Oleh karena niat sering tidak konsisten, maka perlu dipelihara dan di rawat. Jika sempat tidak terpelihara dan terawat, niat bisa hilang. Ketika niat itu hilang berarti penulis kehilangan daya dorong dari dalam. Akhirnya, tulisan tidak akan pernah lahir, dan mimpi menjadi penulispun lenyap sama sekali.

Memelihara niat untuk menulis tidaklah terlalu sulit. Caranya sederhana. Ibarat menghidupkan api dengan “arang tempurung”, harus dikipas terus-menerus. Seperti menghidupkan “api kayu bakar di tungku” harus ditiup jika ia redup. Cara memelihara niat juga tidak sulit. Cara sederhana ialah mengingatnya terus-menerus. Seprti orang berzikirlah, tiap denyut nadi dan detak jantung selalu ingat niat. Begitu kira-kira cara yang sederhana.

Cara lain, sedikit membutuhkan energi. Membaca, ya membaca. Niat untuk menulis yang sudah dimiliki diiringi dengan kegiatan membaca. Membaca dapat merangsang, menggelitik, dan memberi dorongan untuk menulis. Bacalalah bacaan yang berhubungan langsung dengan substansi dan pola yang yang akan ditulis. Maksudnya, bacaan yang dikonsumsi hendaklah sesuai dengan materi yang akan ditulis dan jenis tulisan yang akan dibuat.

Jika niat menulis berhubungan dengan politik, bacalah tulisan-tulisan yang membahas bidang itu. Bila ingin menulis tentang dimensi sosial cari dan baca hal-hal yang mengupas masalah sosial. Kalau ingin menulis tentang agama, budaya, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya, cari dan bacalah sebanyak mungkin tentang hal itu. Insya-Allah, bacaan-bacaan itu akan memperkokoh, mempertahankan, dan menyemangati kita untuk mewujudkan niat menulis.

Banyak pola atau patron untuk menampilkan tulisan. Maksud pola itu adalah jenis tulisan yang dibuat. Pola atau jenis-jenis tulisan itu di antaranya eksposisi, deskrispi, narasi, argumentasi. Arah atau kecendrungan niat untuk menulis dapat ditentukan satu pola atau beberapa pola. Jika telah ditetapkan niatan untuk memilih pola, maka tulisan yang dicari juga sesuai dengan pola yang kita cendrungi. Dengan demikian, niat untuk menulis pun tetap dipertahankan dan dirangsang oleh bacaan yang dibaca.

Niat juga diperlihara dengan tujuan menulis yang jelas. Tujuan utama menulis tentu untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, gagasan, pengalaman, dan sebagainya kepada orang lain melalui tulisan. Tujuan itu masih bersifat umum. Membuat tujuan spesifik merupakan wadah pemeliharaan niat. Tujuan spesifik itu misalnya untuk berbagi sedikit informasi atau ilmu kepada pembaca. Dengan berbagi itu berarti telah melakukan amal shaleh (berbagi kebajikan). Bisa juga tujuan khususnya untuk menyatakan bahwa kita pernah ada. Katakanlah bahwa tulisan itu adalah monumen atau kesaksian bahwa kita pernah ada dan pernah berbuat.

Tujuan spesifk lainnya adalah kepentingan finansial. Menulis untuk mendapatkan uang dari hasil tulisan. Terkait dengan ini, banyak penulis dunia yang sukses menghasilkan uang melalui tulisan. Bahkan penulis “kecil-kecil” pun bisa mendapatkan uang dengan tulisan. Tujuan sepesifik yang berhubungan dengan penghasilan ini, dapat memelihara dan mempertahankan niat menulis terus-menerus. Insya-Allah.

Menulis bisa dijadikan sebagai profesi utama dan bisa pula sebagai profesi penunjang atau “sambilan”. Menjadikan penulis sebagai profesi utama berarti benar-benar menekuni pekrjaan ini. Artinya, menulis adalah pekerjan tempat menggantungkan kehidupan. Dari menulis diperoleh penghasilan yang menjadi sumber hidup dan kehidupan. Untuk ini, tentu seseorang benar-benar  “terjun” ke profesi ini tanpa pamrih. Penulis yang begini sering disebut “full time writer”.

Penulis full time atau full time writer adalah pilihan. Dengan keyakinan penuh, penulis benar-benar mengorbankan semua waktunya untuk pekerjaan ini. Dari hasil pekerjaan itu dia menerima penghasilan. Honor tulisan atau royalty tulisan adalah penghasilan yang menjanjikan. Sungguh banyak orang yang memilih menjadi penulis seperti ini. Tentu saja, jika hal itu diplih, kesiapan fisik dan mental sangatlah diperlukan. Selain itu, kompetensi yang terkait dengan bidang ini harus ditumbuh-kembangkan dan dipupuk terus-menerus. Pada saatnya, penulis ini larut dengan pekerjaannya dan penghasilan mengalir tanpa henti.

Pilihan lain adalah menjadi penulis paruh waktu atau “part timer wraiter”. Untuk pekerjaan ini, menulis adalah kegiatan sambilan atau kegiatan penunjang. Di samping bekerja dalam profesi lain, kemudian ditambah dengan kegiatan menulis. Seorang guru, pegawai, hakim, polisi, dan sebagainya menyediakan sedikit waktu untuk menulis. Tidak semua waktu dihabiskan untuk ini. Penulis seperti ini yang disebut dengan penulis paruh waktu. Tentu saja, kalau kegiatan ini dilakukan secara rutin, juga dapat menambah penghasilan keluarga.

Penulis penuh waktu atau full time wraiter dan  penulis paruh waktu atau part time wraiter pada hakikatnya sama-sama membutuhkn keterampilan. Tidak ada beda keduanya. Yang berbeda adalah waktu yang digunakan untuk itu. Keterampilan menulis dengan segala dimensinya, tetap saja menjadi unsur utama untuk kedua jenis penulis ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *