Oleh Zulkarnaini Diran
”Bahkan manusia menjadi saksi atas dirinya sendiri, dan meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.” (QS Al-Qiyamah (75): 14 dan 15)
Manusia perlu berinteraksi dengan dirinya. Interaksi itu akan menjadi media dalam mengoreksi diri secara total. Kebaikan-kebaikan diri akan terlihat dalam interaksi itu. Keburukan-keburukannya juga akan mengapung dan dapat disimak dengan cermat. Memang diri setiap manusia memiliki dimensi baik dan dan buruk, benar dan salah, dan seterusnya. Untuk mengenali hal itu, di antaranya ialah berinteraksi dengan diri sendiri.
Berinteraksi dengan diri sendiri dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Bisa pagi, siang, sore, malam, tengah malam, dan kapan saja. Interaksi juga dapat dilakukan di sembarang tempat, di rumah, di jalan, di tempat kerja, di pasar, dan di mana saja. Kapan dan di mana dilakukan tidaklah teramat penting. Hal terpenting adalah seperti pesan Umar bin Abdullah Al-Muqabil (2012) “Kejujuran yang paling bermanfaat adalah kamu mau mengakui aib-aibmu sendiri karena Allah semata”.
Pada saat berlaku jujur dalam berinteraksi dengan diri sendiri, kita akan melihat wajah kita yang sebenarnya. Wajah lahir, terutama wajah batin kita akan tampak jelas. Warna-warni diri akan terlihat dalam lukisan-lukisan nyata di atas kanvas dan kuas kejujuran. Pada saat terlihat kebaikan dan kebenaran diri di atas lukisan itu, kita akan berikhtiar dan bedoa kepada Allah untuk mempertahankan dan mengembangkannya. Kalau mungkin kita akan berupaya dan berdoa agar hal-hal baik dan benar di dalam diri kita dapat ditularkan kepada orang-orang tersayang, terdekat dengan kita. Bila mungkin ditularkan kepada saudara seiman, sebangsa, dan sesama manusia.
Ketika kamvas lukisan diri memperlihatkan keburukan, kesalahan, dan aib-aib kita, kita berusaha, berikhtiar, dan bedoa kepada Allah agar penyakit-penyakit itu dapat diobati. Keburukan yang ada kita ubah ke arah kebaikan dan akhirnya menjadi baik dan lebih baik. Kesalahan-kesalahan dijadikan pembelajaran untuk masa yang akan datang agar tidak terulang lagi. Aib-aib masa lalu ditutupi dengan kebaikan hari ini dan akan datang. Bertobat atas segala kealpaan yang terjadi adalah pertanda bahwa kita benar-benar mengenali diri kita melalui interkasi.
Mari kita berinteraksi dengan diri sendiri untuk melihat segala sisi wajah lahir dan wajah batin kita. Kita pertahankan, kita tingkatkan, dan kita kembangkan sisi baik/ benar kita. Kemudian kita tularkan kepada orang-orang terdekat kita. Kita perbaiki, kita ubah, dan kita koreksi secara bertahap sisi buruk dari wajah kita. Semoga usaha kita untuk menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemaren dan hari esok lebih dari hari ini mendapat ridha dari Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, amin.
”Hai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Hasyr (59):18)
Manna, Bengkulu Selatan, 17 November 2023
Share this: