Oleh Zulkarnaini Diran
“Dan bertutur katalah yang baik (benar) kepada manusia ….” (QS Al-Baqarah:83). Manusia adalah makhluk sosial. Dalam hidupnya ia memerlukan orang lain. Ia tidak bisa hidup sendiri. Kesendirian baginya adalah penyiksaan. Interkasi antarsesama menjadi kebutuhannya. Ia perlu berhubungan dengan manusia lain, perlu berbagai pikiran dan perasaan, perlu mencurahkan pikiran dan perasaannya supaya didengar oleh orang lain. Jika ia menyampaikan sesuatu dalam interaksi dengan orang lain, ia membutuhkan respon pula. Inilah makhluk sosial, makhluk yang tidak bisa hidup sendiri.
Banyak cara berinteraksi antarmanusia. Di antaranya adalah menggunakan bahasa. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi antar manusia. Bahasa menjembatani hubungan antarindividu, antara individu dengan kelompok, antara kelompok dengan kelompok, dan bahkan antarbangsa. Bahasa telah membuktikan perannya sebagai alat penghubung antarmanusia. Bahasa yang berintikan kata-kata itu telah menghubungkan bukan hanya orang satu keluarga, satu suku, satu agama, tetapi telah menhubungkan manusia yang berbeda ras, suku, dan agama. Begitulah “hebatnya” bahasa.
Allah menegaskan “Bertutur katalah yang baik kepada manusia …. (QS Al-Baqarah:83)” Penegasan seperti ini terjadi beberapa kali di dalam Al-Quran. Artinya banyak ayat yang seirama dan senada dengan itu. Ayat itu bukan hanya anjuran, tetapi perintah kepada ummat untuk melaksanakannya secara mengikat. Perintah itu berisikan kemutlakan, tidak ada tawar-menawar atasnya. Wajib dilaksanakan oleh ummat, kecuali mau menanggung dosa.
Menurut Dr. Umar bin Abdullah Al-Muqabil (2012), “Tutur kata yang baik mencakup cara penyampaiannya yang baik dan kontennya yang baik”. Cara penyampaian berhubungan dengan bahasa adalah penggunaan kata, pilihan kata, dan struktur kalimat. Selain itu juga memperhatikan vokal, nada bicara, dan intonasi. Hal yang tidak kalah pentingnnya adalah ekpresi fisik yang tergambar pada mimik air muka dan bahasa tubuh lainnya. Jadi, bertutur yang baik berhubungan dengan penggunaan bahasa dan ekpresi berbahasa yang baik dan benar.
Konten yang baik adalah isi tutur yang baik. QS.Al-Isra:53 menyatakan, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar….”. Isi atau hal yang disampaikan hendaklah baik dan benar. “Baik” mengandung makna situasional, sesuai dengan situasi dan kondisi. Isi tutur bisa baik pada saat-saat tertentu dan bisa tidak baik pada saat yang lain. Sifatnya temporer tergantung situasi, kondisi tutur itu disampaikan. Isi tutur yang benar adalah isi tutur yang sesuai dengan kaidah, dengan rambu-rambu, dengan panduan. Bagi ummat Islam, isi tutur yang benar adalah isi tutur yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Sunnah. Itulah kaidahnya.
Marilah kita mengoreksi tutur kata yang terlontar, tutur kata yang terlepas, dan tutur kata yang terpancar dari mulut dan ekspresi fisik serta tutur kata yang tampil dalam tulisan. Jika selama ini tutur itu telah baik dan benar, mari kita tingkatkan kuantitas dan kualitasnya. Bila selama ini ada tutur kata yang kurang atau belum baik dan benar, mari kita perbaiki dan kita betulkan. Semoga kata yang terucap, lisan yang terlontar, dan tulisan yang terukir tidak membuat kita tersandung kelak di Yaumil Akhir. Semoga.
Padang, 28 November 2023