BERBAGI KEBOHONGAN

Oleh Zulkarnaini Diran

(Ingatlah) di waktu kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya  remeh, padahal dalam pandangan Allah  itu masalah besar. (QS An-Nur,24:15)

Berbagi informasi saat ini sangatlah mudah. Klik-klik dengan jari, informasi pun terbagi. Teknologi informasi telah memberikan kemudahan luar biasa kepada kita. Begitu hebatnya ”kemanjaan” yang diberikan  dalam hal berbagi, hingga ada di antara kita yang menjadikan berbagi itu sebagai hobi. Informasi dibagi ke media sosial, grup wa, instagram, fecebook, dan sebagainya dengan cara “maju takgentar”. Hehehe… pokoknya bagikan.

Berbagi informasi tentulah dibenarkan. Tidak ada larangan untuk itu. Apalagi informasi itu mengandung nilai-nilai kemaslahatan umum, mengandung makna kebenaran. Bahkan, mungkin dapat menjadi ”ladang amal” jika dengan informasi itu terjadi kebaikan-kebaikan bagi penerimanya. Atau mungkin menjadi  ”wahana” pendidikan bagi pembaca atau pendengarnya. Ya, pokoknya menjadi amal shaleh, jika yang dibagi adalah untuk kebaikan orang banyak.

Prof. Emil Salim pernah berujar. Ada empat era dalam kehidupan di bumi. Negara atau bangsa yang menguasai era itu, akan menguasai dunia. Keempat era itu adalah era pertanian, industri, teknologi, dan informasi. Tiga dari empat era itu telah berlalu. Kini kita berada di era informasi. Mereka, negara, dan bangsa yang menguasai informasi akan menguasai dunia. Informsi dapat menjadi ”segala-galanya” pada era kini.

Informasi dapat menyejukkan jiwa, menentramkan batin, dan menyehatkan tubuh. Sebaliknya informasi membuat kita gundah, gelisah, kacau, bahkan sakit. Ini sudah dibuktikan oleh berbagai penelitian. Jika diri menerima informasi yang kurang sedap, tidak bagus, dan sejenisnya, jiwa dan batin akan terganggu. Jika menerima informasi yang baik, benar, dan benuansa kedamaian, jiwa akan tenang dan damai pula. Nah di sinilah letaknya, di sinilah kata kuncinya jika kita ingin ”berbagi informasi” dalam komunikasi sehari-hari melalui berbagai media.

Rupanya, Allah melalui Kitabullah telah ”mengingatkan” hamba-Nya sejak 1400 tahun lalu. Di antaranya di dalam QS An-Nur, 24:15, ” (Ingatlah) di waktu kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya  remeh, padahal dalam pandangan Allah  itu masalah besar.”

Suatu kali saya mendengar percakapan dua orang. Orang pertama bertanya, “Apakah yang Kamu teruskan ke grup kemaren beritanya benar?” Dijawab oleh orang kedua, ”Saya tidak tahu apakah itu benar atau salah, yang jelas dikirm kepada saya, saya kirim juga ke grup”. Ilustrasi ini mungkin terjadi pada kita, pada diri kita. Terutama kita-kita yang suka berbagi atau ”meneruskan” informasi kepada orang lain. Apatah lagi bagi kita yang ”kecanduan” berbagi infomasi, tentu kita haruslah berhati-hati, haruslah  selektif, dan haruslah mempertimbangkan penerima informasi yang kita bagi.

Pertimbangannya tentu memiliki banyak sisi, banyak dimensi. Pertama-tama, sesuai dengan kutipan ayat di atas, kebenaran informasi. Jangan bagikan ”berita atau informasi bohong”. Kedua, pertimbangkan penerimanya, karena informasi dapat menimbulkan efek buruk. Jangan bagikan informasi yang akan menimbulkan ”dosa” dunia dan akhirat. Ketiga, pertimbangkan ”keyakinan beragama” kita. Jangan bagi informasi ”bohong” karena kelak di akhirat akan dipertanggungjawabkan di Mahkamah Allah. Tentu dapat ditambah dengan pertimbangan-pertimbangan lain sesuai dengan konteksnya.

Mari kita hindari “berbagi kebohongan” gantilah dengan ”berbagi kebenaran” agar dosa jariyah dapat kita hindari dan kita ganti dengan amal jariyah. Insya-Allah.

Padang, 16 Januari 2024

2 comments

    1. Betul, Yessy. Makanya kita perlu bertanam yang baik. Bahkan ketika bertanam padi, rumputpun ikut tumbuh. Jika kita bertanam rumput, sayangnya padi tidak ikut tumbuh. Makasi, Bu KS telah menyinggahi blog saya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *