REUNI ANTARGENERASI

Oleh Zulkarnaini Diran

Ahad, 18 Februari 2024, pukul 16.10 kami bertemu. Pertemuan itu terjadi di rumah Yuhanis Alri, S.H.,M.H. di Komplek Perumahan Lubukgading VI, Kototangah Padang. Pertemuan itu sengaja direncanakan  hari-hari sebelumnya untuk beberapa niatan. Hadir dalam silaturrahim itu sebelas orang warga Maek yang berdomisili di Padang.

Niatan pertemuan itu muncul setelah saya bertemu dengan sesepuh warga Maek, Mak Haji Sayuti, S.H. di Siteba Padang. Dari beliau saya mendapat informasi banyak hal. Di antaranya adalah tentang warga Maek yang tinggal di Padang yang “mungkin” memerlukan uluran tangan. Dari informasi itulah saya berpikir untuk berkontribusi antar-sesama. Malam hari, Senin, 12 Februari 2024, pukul 22.48 saya tulis pesan melalui WhatshAp (WA) kepada beberapa orang yang mungkin hadir. Pesan itu berisi gagasan ”berkontribusi antar-sesama” warga Maek yang berdomisili di Padang.

Ternyata saya tidak bertepuk sebelah tangan. Semua yang membaca pesan WA saya merespon positif, bahkan sangat antusias untuk pertemuan itu. Penerima pesan saya adalah Prof. Dr. H. Asasriwarni, M.H. (guru besar UIN Imam Bonjol) dan anak bungsunya Afdhalia Mahatta, S.H, Drs. Syafri Amrul, M.H. (hakim tinggi di PTA Padang) dan Istrinya Dra. Hj. Murniati, Yuhanis Alri, S.H., M.H. (dosen Universitas Muhammadiyah) dan Ir. Melyetty, M.P. (Istri Yuhanis), Zulkardiman, S.H., M.H. (Jaksa di Kejati Padang), Dedi (wiraswata). Semuanya menyepakati pertemuan diadakan usai Asyar.

Ada dua hal yang ingin dicapai dalam pertemuan ini. Hal pertama adalah “membizuk” Ir. Melyetty, M.P. (Imel) yang tengah pemulihan. Beberapa waktu yang lalu Imel dirawat di rumah sakit. Warga Maek di Padang terlambat mendapat informasi. Oleh karena itu, pilihan tempat pertemuan di rumah yuhanis dan Imel. Kedua, adalah membahas tiga topik yang dianggap urgen. Topik-topik itu dibahas di bawah ini.

Tiga topik yang dibahas dalam pertemuan itu. Ketiga topik itu adalah berkontribus antar-sesama, merancang pertemuan berkala IWAMA kota Padang, dan menjembatani antara perantau dengan kampung halaman secara kelembagaan. Ketiga hal itu dibahas secara berurutan. Untuk topik pertama disepakati bahwa “kita” berdonasi kepada salah satu keluarga warga IWAMA Padang yang “diasumsikan” membutuhkan. Donasi berupa sembako setiap bulan seharga Rp 225 ribu rupiah. Dedi mengikhlaskan diri untuk menjadi pengelola donasi sampai menyerahkan kepada yang berhak. Donasi dimulai bulan Maret 2024 dan Dedi akan segera membuka rekening bank untuk pengumpulan donasi.

Donasi diberikan setiap bulan secara rutin. Dalam pertemuan itu baru terhimpun untuk delapan bulan. Periode yang disepakati untuk satu tahun. Tentu saja kita mengetuk hati warga IWAMA lain untuk menyisihkan penghasilannya untuk berdonasi. Dengan cara begitu, kita telah meringankan beban keluaga IWAMA yang memerlukan kontribusi kita. Insya-Allah yang dilakukan ini menjadi amal shaleh bagi para donatur.

Pertemuan berkala IWAMA Kota Padang dirasakan kian perlu. Prof. Asasriwarni mengatakan, kalau tidak mungkin sekali seblulan, sekali tiga bulan pun jadi. Kini, mungkin sejak sepuluh tahun terakhir, pertemuan itu nyaris tidak ada lagi, kata Yuhanis. Bertemuan antarwarga, berinteraksi, berkomunikasi, dan berbagi informasi, memang terasa sangat dibutuhkan dewsa ini. Oleh karena itu, Zulkardiman, S.H.,M.H. bersama Dedi mendapat tugas berat untuk merancangnyaa dan menghimpun potensi warga yang ada.

Secara ”kelembagaan” komunikasi antara perantau Maek dengan masyarakat di kampung hampir terputus. Tidak ada lagi lembaga yang menjembatani itu. Dulu, puluhan tahun silam ada Ikatan Pemuda Pelajar Mahat (IPPM) yang menjembatani. IPPM itu, kini telah tiada. Entah kapan dan pada periode kepengurusan siapa matinya IPPM ini, tidak diketahui. Atas kekosongan ”jembatan” rantau dan kampung itu, delapan tahun silam dalam sebuah seminar di Maek (pembicara: Asasriwarni, Hermansyah, Zulkarnaini), dibentuk Forum Komunikasi Masyarakat Maek (FKMM). Pengurusnya di legalisasi oleh wali nagari, waktu itu Hendra. Forum itupun tidak berjalaan seperti yang diharaapkan.

Prof. Hermansyah mengusulkan agar mahasiswa yang ada di fungsikan untuk membuat jembatan. Hal itu diperkuat oleh Syafri Amrul dengan argumen, bahwa mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmunya di tengah-tengah masyarakat. Artinya, pembentukan ”lembaga” yang menjembatani antara perantau Maek dengan Kampung Halaman perlu ada. Apalagi saat ini mungkin perantau Maek jumlahnya mencapai angka ribuan. Untuk mewujudkan hal ini, Dedi dan Ujang (Zulkardiman) juga menyanggupi untuk mengkoordinasikannya. Insya-Allah.

Tanpa disadari, ternyata pertemuan ini berlangsung hampir 120 menit. Waktu berlalu sangat cepat. Ketika jam menunjukkan pukul 18.00, acara diakhiri dengan saling bersalaman dan saling memaafkan. Pada saat itulah saya merasakan bahwa pertemuan ini dihadiri oleh empat generasi. Generasi pertama Asas, saya dan Istri, generasi kedua Hemansyah, Yuhanis, Imel, Hermansyah, Syafri Amrul dan Istri, generasi ketiga Ujang dan Dedi, dan generasi keempat Adalah Dillah (Si Bungsu Asas sekarang).

Muddah-mudahan pertemuan antar-generasi ini mendapat ridha dari Allah SWT, amin yra!

Padang, Ahad, 18 Februari 2024

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *