SECUIL KISAH DALAM RENUNGAN

Oleh Zulkarnaini Diran

“Anak murid SMP Apak sadang rapek, rencana reuni di kampuang, Pak (Anak murid Bapak sedang rapat, rencana reuni di kampung, Pak),” begitu informasi masuk ke wa saya dua hari yang lalu. Pesan itu dilengkapi dengan foto orang sedang rapat di suatu tempat. Kemaren juga diterima di wa saya naotulen rapatnya. Di antara isi notulen itu adalah struktur kepanitiaan reuni, rencana anggaran, acara, dan lain-lain. Hal yang sangat penting juga tertera di situ yaitu hari, tanggal, dan tempat kegiatan. Pengirim pesan adalah Ir.Yustiadi atau Adek yang mewakili teman-temannya untuk menyampaikan pesan ini.

Membaca nama-nama yang ada di dalam struktur kepanitiaan reuni SMP Empat Angkat angkatan pertama itu, pikiran dan perasaan saya ”melayang” ke berbagai kisah antara tahun 1978 s.d. 1981. Banyak kisah menarik yang dialami saat itu. Kisah-kisah itu kemudian menyatu menjadi kenangan yang sebagiannya tidak terlupakan. Tentu saja, karena kisahnya terjadi sekitar 44 tahun yang silam, ada  yang terbenam di dalam memori ”penuaan”.

Kisah-kisah itu terjadi ketika berinteraksi dengan anak-anak, yang kini sebagian menjadi panitia reuni. Interaksi saya dengan mereka lebih banyak mengandung nilai ”pembelajaran”. Maksudnya, sebagai ”guru baru” dan ”guru muda” saya banyak belajar dari mereka. Pembelajaran yang saya petik di antaranya adalah ”aneka perilaku” anak-anak yang lahir dari berbagai latar belakang kehidupan keluarga. Perilaku mereka penuh dinamika, variasi, dan intrik-intrik menarik yang kadang-kadang menggelikan dan menjengkelkan. Dari perilaku mereka itu saya belajar  ”dimensi absurd” tentang manusia dan kemanusiaan.

Saya masih ingat perangai anak-anak yang kritis. Hampir tiap saya masuk kelas, dia selalu bertanya. Pertanyaan tentang materi pelajaran, kadang-kadang tidak bisa saya jawab karena memang hal itu belum saya kuasai. Untuk itu saya menjanjikan jawabannya. Saya ingat juga mereka yang  biasa duduk di depan, patuh, dan selalu datang lebih awal di sekolah. Saya ingat juga mereka yang perangainya di luar kelas selalu dikeluhkan guru-guru lain. Memori saya juga kembali terbuka tentang anak-anak yang pikirannya hanya belajar dan belajar, sehingga selalu menjadi juara di kelas atau juara umum. Wah… terlalu banyak dinamikanya. Di situlah saya belajar dari mereka.

Seperti biasa dan sudah menjadi kebiasaan, setiap hari saya membuat catatan harian. Sebagian dari perilaku anak-anak yang menonjol saya catat. Tentu saja yang dicatat adalah hal-hal unik dan menarik. Hal unik itu dan menarik itu sangat subjektif, memang. Bisa jadi bagi saya hal itu unik, sedangkan bagi orang lain biasa-biasa saja. Bagi sejawat guru hal itu tidak menarik, bagi saya mungkin menarik. Hal-hal unik dan menarik dari perilaku keseharian anak-anak ini menjadi catatan saya. Hal itulah yang kemudian saya gunakan sebagai dasar untuk meningkatkan ”kompetensi” sebagai pendidik.

Ada anak-anak yang saangat peduli kepada saya sebagai guru. Kepeduliannya itu melebihi yang lain. Bahkan ada yang mengaku tentang kepedulian itu karena saya tampil sebagai pengganti orang tuanya yang telah tiada. Ada juga anak-anak yang “memuarakan” berbagai pesoalannya kepada saya. Mereka menuliskan keluhan dan masalahnya di dalam buku pekerjaan rumah (PR) yang harus saya periksa. Di dalam tulisannya itu mereka meminta agar dibantu memecahkan masalahnya. Masalahnya selain tentang kehidupan remaja, juga tentang kehidupan di rumahnya sendiri. Ini juga hal unik dan menarik yang mengisi catatan harian saya.

Dari keunikan dan kemenerikan perilaku anak-anak inila saya bertolak untuk menjadi pendidik. Tidak jarang pula saya berkunjung ke rumah orang tua mereka. Saya berbincang dengan ibu atau bapak mereka. Kadang-kadang pula, ada orang tua yang sengaja datang ke rumah pondokan saya atau ke sekolah. Niat kedatangannya hanya untuk menyampaikan perihal anaknya. Hal ini pun menjadi menarik dalam catatan saya. Orang tua peduli kepada anak-anaknya dan menemui guru yang dipercayainya.

Catatan harian yang saya buat merupakan rekaman dari kejadian unik dan menarik dalam berinteraksi dengan peserta didik, anak-anak didik itu. Interaksi itu membuahkan hasil bagi saya. Hasilnya ialah saya belajar tentang mereka. Belajar tentang keinginan, harapan, cm ta-cita, dambaan, dan permintaan mereka kepada pendidiknya. Saya memang harus menyatakan dengan tegas, “saya belajar dan belajar” dari keberadaan dan tampilan mereka. Interaksi dengan peserta didik itu membuat saya menjadi “kaya” pemahaman tentang perilaku anak-anak yang menjadi murid atau peserta didik saya.

Dalam tempo yang singkat, mereka akan berkumpul. Mereka yang akan berkumpul dan “bereuni” ini bukan lagi anak-anak yang berperilaku unik dan menarik. Mereka bukan anak-anak lagi, tetapi mereka “mantan” pejabat, pengusaha, dan berbagai profesi lainnya. Mereka adalah orangtua dari anak-anaknya. Mereka bahkan sudah memasuki masa purnatugas dari berbagai jabatan yang diembannya. Saya tentu tetap belajar dari mereka, bahkan akan tetap belajar dari interaksi yang katanya bulan Maret 2024 akan bereuni. Sebagai ”pebelajar sepanjang hayat” saya tetap saja akan belajar dari kalian, dari perilaku kalian yang dulu pernah mengenyam pendidikan dari saya.

Semoga saja, pembelajaran yang saya dapat dari interaksi nanti tetap bermakna dalam hidup dan kehidupan. Terutama tentunya dalam ”menapaki usia senja”, insya-Allah.

Padang, 28 Januari 2024

One comment

  1. MasyaAllah …..terharu saya membacanya Pak, saya adalah salah satu murid bapak yg sekarang sudah purna n mulai menua dari bapak sy belajar mengarang krn sejak esde sy paling tdk suka yg namanya mengarang 😀 …smg kita diberi kesehatan dan kesempatan untuk bisa bertemu pada acara reuni di kampung kami tercinta Comera..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *