SEPOTONG HATI PADA BUAH NANGKA

Oleh Zulkarnaini Diran

Dan ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah yang segumpal itu adalah hati.”

Sejak awal Ramadan saya istirahat bersepeda. Kegiatan diganti dengan jalan kaki. Pagi-pagi pulang dari masjid, saya dan istri berjalan kaki. Kadang-kadang kami berjalan sampai enam kilometer sepagi. Awal-awalnya terasa agak berat, tetapi memasuki hari kedelapan tidak membebani lagi. Bahkan jalan kaki pagi itu terasa seperti kebutuhan. Begitulah mungkin orang berani mencetuskan ”alah biasa karena biasa”. Oleh karena sudah terbiasa berjalan usai subuh, kegiatan itu tidak lagi menjadi beban, apalagi terasa berat.

Begitulah pagi itu kami melewati jalan di jalan ke SMA Negeri Nomor 7, Padang, di kawasan Lubuk Buaya. Di pinggir jalan yang juga di pinggir saluran air ada pohon nangka. Buahnya sangat lebat. Buah itu bervariasi, ada yang besar, sedang, dan kecil-kecil. Dekat pohon Nangka itu ada sesorang wanita kira-kita 35 tahun sedang menyapu perkarangan rumahnya. Diawali dengana ucapan salam, istri saya langsung bertanya perihal pemilik pohon nangka yang berbuah lebat itu. Wanita yang menyapu tadi menghentikan kegiatannya dan menjawab pertanyaan bahwa nangka itu miliknya.

Sambil berkelakar saya mengajukan pertanyaan dan permintaan. Jika buah nangka itu matang atau masak, bolehkah saya meminta bijinya untuk ditanam. Wanita itu dengan senyum keibuan mejawab, boleh. Berbincang basa-basi sebentar, saya dan istri pun berlalu dari tempat itu untuk melanjutkan perjalanan memenuhi target kilometer yang direncanakan. Perihal nangka itu tidak lagi menjadi topik bincangan kami smbil berjalan. Bahkan beberapa jam kemudian, kami sudah lupa soal nangka itu.

Lima hari setelah berbincang dengan wanita pemilik nangka itu, saya dan istri melewati rute itu lagi untuk berjalan kaki. Sampai di depan rumah pemilik nangka itu, kami  dipanggil. Kami menoleh ke arah rumah itu. Oleh karena pertemuan dengan wanita itu hanya satu kali, saya dan istri tidak mengingatnya lagi, apalagi menghafal wajahnya. Panggilannya menyatakan bahwa dia telah menunggu selama tiga hari setiap pagi di depan rumahnya. Fasalnya, dia menyatakan bahwa berjanji akan membagi bibit nangka kepada saya dan istri.

”Banyak orang datang berebut membeli nangka itu. Saya berupaya menyisihkan sedikit untuk Bapak dan Ibu. Saya hanya bisa menyisihkan sedikit sekali untuk Bapak dan Ibu,” kata wanita yang mengaku berasal dari Kampuang Dalam, Padang Pariaman itu.

Saya dan istri merasa kaget. Bertapa tidak, kami hanya sekedar berbasa-basi untuk menyatakan rasa ”kagum” kepada tanaman dan buah nangkanya. Jika kami meminta bibitnya, itupun tidaklah terlalu serius. Buktinya, kami sudah melupakan nangka dan pemiliknya itu. Ternyata bagi wanita yang mengaku namanya Rina itu, jawaban atas permintaan bibit yang kami ajukan adalah sebuah ”janji”. Dia berjanji kalau nangkanya masak akan membagi bijinya kepada kami untuk dibibitkan. Yah, dia merasa berjanji bukan hanya kepada kami, tetapi juga kepada dirinya sendiri.

Kemudian saya dan istri tercenung. Kami berbincang tentang “hati”. Wanita itu memiliki sepotong hati yang bening, tulus, ikhlas, jujur, dan suci. Dia memiliki hati yang sehat  ”qalbissalim”. Di hatinya ada kesucian yang mungkin tidak semua orang memiliki hal seperti itu. Bayangkan, orang berjalan kaki, lewat di muka rumahnya, meminta biji nangka untuk dibibitkan. Sementara orang itu tidak dienalnya. Akan tetapi, jawaban atas permintaan orang yang tidak dikenal itu dianggapnya sebagai janji. Untuk janjinya itu dia menunggu saya dan istri sampai tiga hari. Masya-Allah, sungguh besar karunia Allah terhadap ”hati yang bening” itu.

Nabi Muhammad SAW besabda, “Dan ketahuilah, Sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah yang segumpal itu adalah hati.”

Begitulah Allah memberi ”petunjuk kepada orang yang dikehendakinya”. Saya menjuduli tulisan ini ”Sepotong Hati pada Buah Nangka”. Semoga bermanfaat.

Padang, 24 Maret 2024

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *