Oleh Zulkarnaini Diran

Islam memperlihatkan dua jalan kepada manusia. Bahkan bukan hanya memperlihatkan, tetapi juga menawarkan. Manusia dapat memilih satu di antara dua jalan itu. Tentu saja pilihan itu akan berujung kepada resiko. Resiko yang ditanggung tergantung jalan yang dipilih. Kedua jalan yang ditawarkan itu adalah jalan kejahatan dan ketaqwaan.
Allah berfirman, ”Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaan)-nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketaqwaan.” (QS Asy-Syam,91:7-8). Jiwa adalah wadah dalam diri manusia. Wadah itu dapat menampung hal baik dan hal buruk. Untuk penyempurnaannya diilhamkan dua jalan itu. Artinya, jika diterima salah satu jalan, Allah melanjutkan firman-Nya, ”Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwa, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS Asy-Syam,91:9-10).
Pilihan jiwa hanya dua yakni jahat dan taqwa. Memilih jahat berarti mengotori jiwa, memilih taqwa berarti menyucikannya. Rugi orang yang mengotori jiwanya dan beruntung yang menyucikannya. Hal itu menggambarkan resiko pilihan. Jika dibawa ke logika sederhana, pilih yang baik dapat untung, pilih yang buruk rugi. Kini manusia bebas memilih, bebas mengambil jalan yang disukainya. Kebebasan itu akan berujung kepada resiko. Siap memilih, siap pula menanggung resiko.
Syeikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi mengatakan, ”Allah SWT tidak menyeru orang-orang beriman, kecuali untuk memerintah dan melarang, menyampaikan kabar gembira atau peringatan”. Allah memerintahkan agar orang beriman melakukan sesuatu dan melarangnya untuk menjauhi sesuatu. Kemudian Allah SWT juga menyampaikan kabar gembira atas sesuatu dan memberi peringatan atas sesuatu pula. Sesuatu itu berada pada lingkaran kebaikan dan keburukan, ketaqwaan dan kejahatan, keimanan dan kekafiran, dan sejenisnya. Jadi, ada perintah, ada larangan, ada kabar gembira, ada peringatan. Hal ini sangat perlu dipahami secara mendalam oleh orang-orang beriman.
Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara (kaffah) keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. (QS Al-Baqarah,2:208). Ada perintah Allah SWT agar orang beriman berislam secara keseluruhan (kaffah), tidak setengah-setengah. Orang beriman masuk ke dalam Islam secara total, secara menyeluruh. Islamnya orang beriman lahir dan batin. Kehidupan sehari-hari bernaung di bawah keislaman yang total. Mereka harus Islam dalam semua dimensi kehidupan.
Allah SWT melalui ayat ini juga menyampaikan larangan. Larangannya adalah , ”jangan mengikuti langkah-langkah syetan!” Diketahui oleh orang-orang beriman bahwa syetan tidak sedikit pun memiliki kebaikan, ia selalu berada pada kawasan untuk menjerumuskan manusia ke jalan kezaliman, kejahatan, kemungkaran, dan kekafiran. Itu memang sudah berlangsung sejak nenek moyang manusia Adam Alaihissalam. Adam dizalimi oleh syetan dengan cara penipuan. Akibatnya Adam dilemparkan ke bumi dan dipisahkan ratusan tahun dengan istrinya Sitti Hawa. Oleh karena itu Allah melarang orang beriman mengikuti langkah syetan.
Peringatan Allah SWT ada pada akhir ayat ini. ”Syetan adalah musuh yang nyata bagimu.” Peringatan Allah SWT sangat tegas, syetan adalah musuh bagi orang yang beriman. Syetan memang bermohon kepada Allah untuk menjerumuskan manusia pada umumnya. Allah mengabulkan permohonan syetan itu, dengan imbalan bahwa syetan akan kekal di neraka. Peringatan Allah ini tentulah menjadi bahan renungan yang mendalam bagi orang-orang beriman. Jangan ikuti langkah syetan karena syetan adalah musuh yang nyata bagi orang beriman. Intinya, larangan dan peringatan.
Allah SWT membentangkan, memperlihatkan, dan menawarkan dua jalan kepada hamba-Nya. Jalan itu malah diilhamkan kepada setiap jiwa. Jalan itu adalah ketaqwaan dan jalan kejahatan. Jalan itu ditawarkan kepada setiap jiwa (diri) manusia. Setiap pilihan memiliki resiko, resiko itu akan ditanggung oleh jiawa atas pilihannya. Jika memilih jalan taqwa dilanjutkan dengan perintah lain yaitu masuklah ke dalam islam secara keseluruhan, jangan setengah-setengah, berislamlah lahir dan batin, berislamlah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu Allah SWT menegaskan agar ketika telah berislam, jangan ikuti langkah syetan, syetan itu adalah musuh yang nayata.
Jadi, ada jalan ketaqwaan dan kejahatan, ada perintah dan larangan, ada kabar gembira dan peringatan. Kita tinggal memahami, menghayati, dan mengamalkan hal yang menjadi pilihan. Pengamalan dilakukan dalam kehidupan di dunia yang fana ini. Setiap pilihan kita dalam mengamalkannya, tentu akan kita tuai hasilnya. Hasilnya bisa jadi terlihat langsung di dunia, tetapi yang pasti akan diperlihatkan Allah SWT di akhirat kelak. Kita berusaha dalam bentuk amal dan berdoa dalam kesungguhan yang khusuk, hasilnya kita serahkan kepada Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui. Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat.
Manna, Bengkulu Selatan, 24 Januari 2025