DIMENSI ZIKIR

Oleh Zulkarnaini Diran

Zikir, secara bahasa, berarti mengingat atau menyebut. Di dalam Islam, zikir memiliki makna yang lebih luas dan dalam. Zikir mencakup segala bentuk upaya hamba untuk senantiasa mengingat Allah SWT. Hal itu dilakukan dalam setiap dimensi kehidupan. Zikir bukan hanya sekedar mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah, tetapi juga melibatkan  hati, mawujudkan dalam perbuatan, dan bahkan penggunaan harta di jalan Allah. Semua itu sebagai bentuk pengingatan dan ketaatan kepada-Nya.

Ada empat dimensi yang dapat dilakukan hamba untuk berzikir kepada Allah SWT. Keempat dimensi itu adalah zikir dengan hati (qalbu), zikir dengan lisan (ucapan), zikir dengan amal (perbuatan), dan zikir dengan harta (mal). Keempat diemnsi zikir itu dapat dilakukan seorang hamba yang beriman pada setiap waktu dan di setiap tempat. Artinya senantiasa dapat dilakukan oleh yang menginginkannya.

Zikir dengan qalbu merupakan fondasi utama dari segala bentuk zikir lainnya. Ia melibatkan perenungan mendalam tentang kebesaran Allah, sifat-sifat-Nya yang mulia, nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya, serta kekuasaan-Nya atas segala sesuatu. Zikir qalbu terwujud dalam bentuk rasa takut kepada Allah, harap akan rahmat-Nya, cinta yang mendalam kepada-Nya, tawakkal (berserah diri) kepada-Nya, dan senantiasa merasa diawasi-Nya dalam setiap keadaan. Kehadiran hati dalam mengingat Allah akan melahirkan ketenangan jiwa dan kejernihan pikiran.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 28). Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa ketenangan hati hanya dapat dicapai melalui zikir kepada Allah. Zikir qalbu adalah kunci untuk menghadirkan rasa khusyuk dan tadabbur (merenungkan) makna-makna ilahi dalam setiap ibadah dan aktivitas sehari-hari.

Zikir dengan lisan adalah bentuk pengungkapan rasa syukur, pujian, dan pengagungan kepada Allah melalui ucapan-ucapan yang baik dan sesuai dengan tuntunan syariat. Ini termasuk membaca Al-Qur’an, mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah seperti tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), tahlil (Laa ilaaha illallah), takbir (Allahu Akbar), istighfar (Astaghfirullah), shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta doa-doa yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Zikir lisan membantu memelihara kesadaran akan kebesaran Allah dan memperkuat ikatan spiritual dengan-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab [33]: 41-42). Ayat ini memerintahkan orang beriman untuk memperbanyak zikir lisan sebagai wujud ketaatan dan kecintaan kepada Allah. Zikir lisan yang diiringi dengan pemahaman makna dan kehadiran hati akan memberikan dampak yang lebih besar bagi jiwa.

Zikir dengan amal perbuatan adalah manifestasi dari ketaatan kepada Allah melalui pelaksanaan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap perbuatan baik yang dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah dapat menjadi bentuk zikir. Ini termasuk melaksanakan shalat dengan khusyuk, berpuasa dengan penuh kesadaran, menunaikan zakat dengan kerelaan hati, melaksanakan ibadah haji dengan mengikuti tuntunan, berbuat baik kepada sesama, mencari nafkah yang halal, mendidik anak-anak dengan nilai-nilai Islam, dan berbagai amal saleh lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).” (QS. Al-An’am [6]: 162-163). Ayat ini menunjukkan bahwa seluruh aspek kehidupan seorang muslim, termasuk ibadah ritual dan perbuatan sehari-hari, seharusnya diniatkan dan dilaksanakan sebagai bentuk pengabdian dan zikir kepada Allah.

Zikir dengan harta adalah bentuk pengingatan kepada Allah melalui penggunaan harta yang telah dianugerahkan-Nya di jalan yang diridhai-Nya. Ini termasuk menunaikan zakat, bersedekah, berinfak di jalan Allah untuk kepentingan agama dan umat, membantu fakir miskin dan anak yatim, membangun masjid dan sekolah, serta berbagai bentuk kebaikan lainnya yang menggunakan harta sebagai medianya. Harta yang digunakan di jalan Allah menjadi saksi ketaatan dan rasa syukur seorang hamba kepada Sang Pemberi rezeki.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah [9]: 103). Ayat ini menjelaskan bahwa zakat, sebagai bagian dari zikir dengan harta, memiliki fungsi untuk membersihkan dan menyucikan harta serta jiwa orang yang menunaikannya. Infak dan sedekah lainnya juga merupakan bentuk zikir yang menunjukkan kepedulian sosial dan ketaatan kepada perintah Allah.

Zikir dalam berbagai dimensi, berdampak kepada diri. Hamba yang senantiasa berzikir pada dimensi qalbu akan memeroleh ketenangan jiwa, bebas dari gundah gulana, terjauh dari kegelisahan. Zikir pada dimensi lisan perwujudan ketaatan dan kecintaan kepada Allah. Taat dan cinta kepada-Nya akan mendatangkan kenikmatan tiada tara di dalam batin, hingga kita akan terhindar dari pebuatan-perbuatan yang tidak diredhai Allah SWT. Zikir pada dimensi perbutan atau amal akan menggiring dan memandu hamba-Nya untuk senantiasa berbuat kebaikan yang semata-mata hanya karena Allah. Zikir pada dimensi harta adalah upaya terus-menerus untuk menyucikan jiawa dan harta itu sendiri. Jadi, zikir kepada Allah dalam berbagai dimensiakan membuahkan hasil yang dapat dipetik oleh yang melakukannya. Insya-Allah.

Mudah-mudahan kita senantiasa melatih diri untuk berzikir dan berzikir, sehingga kita dapat menggapai ridha Allah SWT dalam setiap denyut nadi dan hirupan nafas kita. Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat.

Manna, 13 April 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *