1.1 Latar Belakang
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia meliputi empat keterampilan berbahasa dan satu apresisasi. Keempat keterampilan berbahasa itu adalah menulis, berbicara, membaca, dan menyimak. Sedangkan apresiasi adalah mengapresiasi bahasa dan sastra Indonesia.
Pembelajaran keteramiplan menulis termasuk kategori sulit. Kesulitan itu bukan hanya dialami oleh siswa, tetapi juga pelaksanaan pemebelajaran oleh guru. Ada anggapan bahwa keterampilan menulis hanya diperuntukkan bagi orang-orang tertentu saja. Tidak semua orang dapat memiliki keterampilan tersebut, begitulah anggapan itu menjadi pegangan. Akibatnya, menulis benar-benar dianggap sulit dibandingkan dengan ketiga keterampilan berbahasa lainnya.
Ketermpilan menulis bukanlah keterampilan yang mustahil untuk dipelajari.. Menulis itu sama dengan berbicara yaitu sama-sama kegiatan menggunakan bahasa. Keterampilan ini dapat diperoleh melalui pelatihan yang terus-menerus. Hal penting yang harus diperhatikan adalah kiatnya atau cara dan tekniknya. Jika ditemukan kiat b yang ampuh dan mangkus untuk berlatih, maka pembelajaran menulis tidak akan sesulit yang dibayangkan orang.
Teknik menulis yang disajikan dalam diklat ini adalah salah satu dari sekian banyak kiat yang mungkin dapat digunakan. Teknik ini telah diuji cobakan dalam berbagai kegiatan. Pernah diujicobakan terhadap para siswa sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, dan sekolah lanjutan atas. Yang paling menarik hasilnya adalah ketika diujicobakan kepada orang dewasa. Mereka kemudian berkata, “Jika begini, berarti menulis tidak sesulit yang dibayangkan selama ini”. Berdasarkan pengalaman ujicoba itu, maka kiat ini digunakan di dalam diklat.
1.2 Deskripsi Materi
Mata diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan tentang “teknik menulis”. Teknik ini meliputi konsep dan keterampilan mencari gagasan, mengembangkan gagasan menjadi ide tulisan, menuliskan ide, mengembangkan ide, merevisi tulisan, dan penulisan akhir. Sasaran utama diklat adalah peserta (guru-guru bahasa dan sastr Indonesia SMU) dapat menggunakan teknik ini dengan piawai, sehingga mereka mampu menulis dan mampu melaksanakan pembelajaran menulis, sehingga menulis tidak lagi dianggap sebagai keterampilan yang sulit dilakukan.
1.3 Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti kegiatan pada mata diklat ini peserta mampu memahami dan menerapkan teknik menulis dengan prosedur mencari gagasan, mengembangkan gagasan menjadi ide tulisan, mengembangkan ide, merevisi tulisan, dan menulis akhir.
1.4 Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti kegiatan pada mata diklat ini, peserta mampu:
(1) mengungkapkan teknik menjaring (menemukan) gagasan sesuai dengan tema pembelajaran;
(2) menemukan gagasan dengan menggunakan (menerapkan) teknis tersebut;
(3) menulsikan gagasan menjadi ide tulisan;
(4) mengembangkan ide menjadi tulisan sekurang-kurangnya lima paragraf;
(5) merevisi tulisan yang dibuat tampilan tulisan, penggunaan bahasa, dan kekomunikatifannya;
(6) menyelesaikan penulisan akhir sehingga diperoleh karya tulis yang komunkatif.
oleh Zulkarnaini
URAIAN MATERI
2.1 Menjaring Gagasan
Menjaring gagasan adalah menghimpun atau mengumpulkan gagasan. Maksudnya ialah gagasan yang berkaitan dengan bahan tulisan atau hal yang dapat ditulis. Gagasan itu pada hakikatnya sudah dimiliki oleh setiap orang. Ia selalu ada pada pemiliknya. Akan tetapi, pemilik gagasan kadang-kadang tidak tahu, tidak menyadari bahwa sesungguhnya sangat banyak gagasan yang dapat dijadikan bahan tulisan. Oleh karena itu, gagasan yang ada yang sudah dimiliki perlu dijaring.
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia selalu diikat oleh tema. Setiap pembelajaran biasanya bernaung di bawah sebuah tema. Maksud penggunaan tema ini adalah supaya pembelajaran jangan terlepas dari konteks. Konteks berbahasa selalu terlihat dalam pembelajeran. Dengan demikian pembelajaran bahasa benar-benar berlangsung dalam suasana komunikatif yang nyata. Penggunaan tema sebagai pengikat pembelajaran ini dapat pula dijadikan basis atau dasar untuk menjaring gagasan sebagai bahan tulisan.
Teknik menjaring gagasan dengan basis tema tidak sulit mengaplikasikannya. Hal ini dapat dilakukan oleh semua orang. Pembelajaran untuk siswa sekolah dasar pun dapat menggunakan teknik ini. Langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah seperti berikut ini: (1) menetapkan tema; (2) memunculkan gagasan peserta (pembelajar) berdasarkan tema; (3) mengajak pembelajar untuk memerinci gagasan yang dimunculkan sehingga berkembang menjadi gagasan yang lebih banyak; (4) gagasan yang terinci tersebut diperinci lagi oleh pembelajar sesuai dengan kebutuhannya dan berhenti pada titik optimal rincian.
Dengan mengikuti keempat langkah tersebut penjaringan gagasan telah berlangsung. Gagasan yang tadinya hanya ada di dalam pikiran, kini ia teraktualisasi ke lembar-lembar kertas. Tampilan gagasan itu akan terlihat seperti “jaring laba-laba”. Oleh karena itu, menjaring gagasan dengan prosedur ini disebut juga menjaring gagasan dengan model ”jaring laba-laba”. Jika gagasan itu diibaratkan dengan mata ikat jaring atau jala, maka yang menjadi pusat jalanya adalah tema. Jadi tema terletak dipusat, kemudian diikuti oleh mata-mata ikat jaring yang merupakan gagasan yang dapat dikembangkan.
Dengan teknik ini akan ditemukan banyak gagasan. Misalkan tema pengikat adalah “pertanian”. Dari tema ini akan muncul beberapa gagasan seperti kelapa, cengekeh, pala, sawit, karet, dan sebagainya. Dari kelapa akan berkembang sejumlah gagasan lain seperti minyak kelapa, sabut kelapa, daun kelapa, tempunrung kelapa, dan sebagainya. Masing-masing gagasan dikembangkan lagi sehingga gagasan tersebut menjadi lebih banyak atau “berkembangbiak”. Semakin mampu kita menganalisis satu gagasan menjadi lebih rinci, semakin berkembanglah gagasan tersebut. Dengan demikian, kita akan memperoleh banyak bahan tulisan.
2.2 Dari Gagasan ke Ide Tulisan
Gagasan adalah pendapat yaitu pendapat terhadap dan tentang sesuatu. Jika dalam menjaring gagasan diperoleh sesuatu, kemudian kita memberikan pendapat terhadap sesuatu itu atau tentang sesuatu itu, itulah gagasan. Jika gagasan itu dituangkan ke dalam frase atau kelompok kata, ia akan menjadi ide tulisan. Jadi ide tulisan adalah gagasan yang dituangkan ke dalam kelompok kata atau frase.
Ambillah contoh di atas. Temanya adalah “pertanian”. Dari tema itu lahir induk gagasan kelapa. Kelapa diuraiankan menjadi buah kelapa, daun kelapa, batok kelapa, lidi kelapa, dan sebagainya. Kini diambil salah satu anak gagasan yakni lidi kelapa. Lidi adalah tulang daun kelapa. Lidi kelapa akan menjadi ide tulisan jika dituangkan ke dalam frase. Farase yang mungkin adalah “manfaat lidi kelapa, pemanfaatan lidi kelapa, kegunaan lidi kelapa, dan lidi kelapa serba guna”. Frase-frase tersebut adalah ide tulisan, ide yang dapat diolah menjadi tulisan.
Dari frase-frase yang muncul dari gagasan itu, akan lahir berbagai pendapat tentangnya. Seperti contoh di atas, pendapat tentang lidi kelapa. Penulis berpendapat bahwa lidi kelapa bermanfaat, dapat dimanfaatkan, dapat digunakan, dan lidi itu dianggap serbaguna. Pendapat-pendapat tentang lidi kelapa itu akan dapat dikembangkan menjadi tulisan. Dengan demikian, penulis telah memperoleh ide untuk menulis. Ide itulah yang dikembangkan menjadi tulisan.
2.3 Mengembangkan Ide
Mengembangkan ide adalah operasional dari kegiatan menulis. Ide adalah jelmaan gagasan. Ia diterakan atau ditampilkan dalam bentuk kelompok kata atau frase. Mengembangkan ide berarti mengomunikasikan ide kepada orang lain. Proses mengomunikasikan ide secara tertulis sehingga dipahami oleh pembaca, itulah yang dikatakan menulis atau mengembangkan ide. Untuk itu ada bebrapa prosedur yang perlu dilalui. Prosedur tersebut adalah sebagai berikut: (1) membuat kalimat topik atau kalimat utama dari ide tulisan; (2) melengkapi kalimat topik dengan sejumlah kalimat penjelas; (3) merancang kalimat topik kedua; (4) melengkapi kalimat topik kedua dengan sejumlah kalimat penjelas; dan seterunya.
Pada hakikatnya, mengembangkan ide adalah membangun paragraf-paragraf tulisan. Paragraf adalah ‘miniatur” karangan. Sebuah paragraf sebenarnya telah memiliki tubuh dan struktur lengkap sebagai sebuah karangan atau tulisan. Paragraf didefenisikan sebagai “seperangkat kalimat yang mengungkapkan satu topik atau satu pikiran utama”. Jadi di dalam paragraf hanya ada satu pikiran utama atau ide utama. Kalau ada sepeuluh paragraf tulisan, berarti ada sepuluh ide atau pikiran utamanya. Jika paragraf itu bernaung di bawah satu bahasan atau kajian, tentu saja antara paragraf yang satu dengan yang lain akan saling berhubungan.
Misalkan contoh yang dikemukakan terdahulu. Prosedurnya akan tergambar sebagai berikut ini.
Gagasan : lidi kelapa
Ide Tulisan : manfaat lidi kelapa
Kalimat Utama : Lidi kelapa banyak manfaatnya.
Pengembangan Ide : Lidi kelapa banyak manfaatnya. Bagi ibu rumah tangga, biasanya digunakan untuk sapu. Sampai kini sapu lidi masih dipergunakan di mana-mana. Bagi pengrajin, manfaatnya lebih ditingkatkan. Dari lidi kelapa akan lahir karya kerajinan yang bernaeka ragam. Misalnya, lidi berubah wujud menjadi tempat buah, menjadi hiasan dinding, menjadi mainan kunci, dan sebagainya. Jika diperhatikan secara seksama, memang lidi kelapa sangat banyak manfaatnya.
2.4 Merevisi Tulisan
Merevisi tulisan adalah menyempurnakan tulisan. Tulisan yang sudah diselesaikan perlu dibaca dan diteliti kembali. Kemuidan diperbaiki bagian yang belum baik, disempurnakan bagian yang belum sempurna, sehingga tulisan yang sampai kepada pembaca benar-benar komunikatif dan memenuhi kaidah-kaidah penulisan. Hal yang perlu diperbaiki dan disempurnakan menyangkut dengan tiga hal. Ketiga hal itu adalah tampilan tulisan, penggunaan bahasa, dan kebemaknaan tulisan atau kekomunkatifan tulisan.
Tampilan tulisan perlu menjadi perhatian dalam merevisi. Tampilan ini menyangkut dengan tipologi, penataan, dan tataletak paragraf. Kelaziamn dalam tataletak terkait dengan keharmonisan susunan paragraf, judul, subjudul, dan sebagainya. Jika tulisan belum memenuhi keharmonian dalam tampilannya, perlu diedit atau direvisi.
Penggunaaan bahasa juga perlu mendapat perhatian dalam merevisi. Hal penting yang perlu direvisi adalah penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kaidah-kiadah bahasa menjadi fokus dalam revisi bahasa. Selain itu, juga perlu mendapat perhatian gaya bahasa sesuai dengan karakteristik tulisan. Penggunaan bahasa Indonesia dengan baik sangat tergantung kepada bagian ini, yakni pragmatik berbahasa.
Komunikati atau tidaknya sebuah tulisan ditentukan oleh banyak hal. Hal penting ialah sisi semantisnya, yakni sisi makna. Artinya, bahasa yang digunakan benar-benar mewakili pikiran atau ide yang datang menghadap kepada pembeca. Selain itu, kosakata yang digunakan hendaklah sesuai dengan arti yang diwakilinya. Pemilihan kosakata (diksi) dalam tulisan hendaknya benar-benar sesuai dengan yang dimaksud oleh penulis. Dengan demikian, tulisan tidak akan “mendua makna”. Hal penting yang perlu diperhatikan, jangan sampai tulisan tersebut menyiksa pembaca, karena pembaca sulit menangkap maksudnya.
Pekerjaan terakhir dalam menulis ialah penulisan akhir. Penulisan akhir dilakukan setelah tulisan selesai direvisi. Produk dari pekerjaan terakhir ini adalah tulisan yang siap dihidangkan kepada pembaca. Dengan tahapan akhir ini pula, tulisan diharapkan mampu mewakili penulis di hadapan pembacanya.
PENUTUP
3. Pertanyaan dan Tugas
3.1 Pertanyaan
(1) Apa yang dimaksud dengan menjaring (menemukan) gagasan? Jelaskanlah jawaban Anda dengan contoh!
(2) Apa yang dimaksud dengan menjaring gagasan dengan model “jaring laba-laba?” Jelaskanlah jawaban Anda!
(3) Apa yang dimaksud dengan menuliskan gagasan menjadi ide tulisan? Jelaskanlah jawaban Anda!
(4) Apa yang dimaksud dengan mengembangkan ide menjadi tulisan? Jelskanlah jawaban Anda!
3.2 Tugas
Buatlah tulisan sekurang-kurangnnya lima paragraf dengan menggunakan teknik menulis yang dipaparkan di atas! Lakukan kegiatan langkah demi langkah seperti yang dicantumkan dalam teknik ini!
LAMPIRAN
- Bagan Jaring Laba-laba
2. Transparansi
DAFTAR REFERENSI
Al-Ghifari, Abu. 2002. Kiat enjadi Penulis Sukses. Bandung: Mujahid
Asrom, dkk. 1997. Belajar Mengarang: dari Narasi hingga Argumentasi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Keraf, Gorys. 1996. Arguemntasi dan Narasi, Komposisi Lanjutan III. Jakarta: Gramedia.
Keraf, Gorys. 1997. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia
Mrahimin, Ismail. 1999. Menulis Secara Populer. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya
Parera, Danel Jos. 1997. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Erlangga
Semi, M. Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya
Wibowo, Wahyu. 2002 Enam Langkah Jitu Agar Tulisan Anda Makin Hidup dan Enak Dibaca. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Zulkarnaini. 1998. Bermula dari Ide Berakhir pada Tulisan. Padang: Digandakan untuk Lingkungan Sendiri
asw, pak, selalu asyik masuk blog bapak, selalu ada yang baru, jangan bosan ya pak dan terima kasih buaaanyaaak
Makasi kembali, senang saya ketika teman-teman berkunjung ke blog saya
Keterampilan menulis “katanya” memang sulit, Pak. Namun, dengan uraian materi dari Bapak menjadi mudah.
Makasi, Nila. Sulit atau mudah tergantung resepsi dan persepsi. Kesulitan dalam resepsi sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Kesulitan dalam persepsi dipengaruhi faktor empiris. Antara sulit dan mudah dibatasi oleh pembatas yang sangat tipis, kata teori relativitas Einstein, “begitu”. Makasi Nila, mampi ke sini.
info dari blog bp,,, mantebbbbb….
mksih bnyak y pak.