BAGIAN PERTAMA
KARYA TULIS ILMIAH
Bagian pertama ini membahas konsep: (1) pengetahuan ilmiah; (2) karya ilmiah; (3) proses berpikir; (4) berpikir ilmiah; dan (5) penelitian ilmiah. Pembahasan ini dimak-sudkan untuk memberikan pemahaman awal kepada pembaca yang ingin melakukan penulisan atau penyusunan karya ilmiah.
1. Pengetahuan Ilmiah
Judul ini terdiri dari dua kata. Kata pertama adalah “pengetahuan” dan kata kedua “ilmiah”. Pengetahuan berasal dari kata “tahu” yang men-dapat imbuhan gabuangan /pe-/ dan /-an/. Arti imbuhan gabungan itu adalah “hal” atau “keada-an”. Jadi pengetahuan mengandung makna hal yang diketahui. Ilmiah berasal dari kata “ilmu” yang mendapat akhiran “iah”. Imbuhan itu mengandung arti “bersifat”. Jadi ilmiah maksudnya bersifat ilmu. Jadi, pengetahuan ilmiah adalah hal yang diketahui yang bersifat ilmu atau pengetahuan yang bersifat ilmiah. Pengetahuan yang bersifat ilmiah itu disebut ilmu.
Ilmu merupakan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya melalui metode-metode ilmiah (Sudjana, 1991:4). Ilmu dimulai dari fakta dan diakhiri dengan fakta, apa pun jua teori yang disusun di antara keduanya (Einstein dalam Suriasumantri, 1986:4). Ada dua kebenaran dalam metode ilmiah. Kedua kebenaran itu ialah kebenaran rasional dan kebenaran empiris. Kebenaran rasional mengandalkan kemampuan rasio atau otak atau penalaran. Kebenaran empiris mengandalkan bukti-bukti atau fakta nyata. Jadi pengetahuan ilmiah atau ilmu adalah pengetahuan yang kebenarannya teruji secara rasional dan empiris.
2. Karya Ilmiah
Karya ilmiah juga terdiri dari dua kata, yakni “karya” dan “ilmiah”. Karya menurut KBBI adalah kerja; pekerjaan; perbuatan; buatan. Ilmiah adalah keilmuan; bersifat ilmu; secara ilmu. Dengan demikian, karya ilmiah adalah karya yang bersifat keilmuan, disusun berdasakan metode ilmiah yang bertolak dari kebenaran rasioanl dan kebenaran empiris.
Karya ilmiah biasanya ditampilkan dalam bentuk makalah ilmiah, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian ilmiah (Sudjana, 1991:5). Makalah ilmiah adalah karya ilmiah yang dihasilkan melalui metode ilmiah. Skripsi karya ilmiah yang ditulis mahasiswa S1 untuk tugas akhirnya, tesis ditulis oleh mahasiswa S2 untuk tugas akhirnya, disertasi ditulis oleh mahasiswa S3, dan laporan hasil penelitian adalah laporan yang disusun oleh peneliti setelah melakukan penelitian. Semua karya ilmiah itu pada hakikatnya atau pada prinsipnya sama. Perbedaannya terletak pada fungsi dan bobotnya.
Menurut Sudjana (1991) “Karya ilmiah ditulis dan disusun secara sistematis menurut aturan dan kaidah tertentu berdasarkan hasil dari berpikir ilmiah. Ini berarti tidak semua karya tulis dinamakan karya ilmiah, sebab tidak semua proses berpikir adalah berpikir ilmiah”.
3. Proses Berpikir
Ada dua proses berpikir yang lazim digunakan dalam berpikir ilmiah. Kedua proses itu adalah berpikir deduktif dan berpikir induktif. Berpikir deduktif disebut juga logika deduktif karena merupakan unsur dari metode “logiko-hipotetiko-verivikasi. Sebutan lain yang lazim digunakan adalah berpikir rasional. Proses berpikir deduktif dimulai dari pernyataan umum ke pernyataan khusus. Seprti diungkapkan Sudjana (1991:6) ”Dalam logika deduktif, menarik suatu kesimpulan dimulai dari pernyataan umum menuju pernyataan-pernyataan khusus dengan mengguna-kan penalaran atau rasio (berpikir rasional)”. Proses berpikir induktif atau logika induktif kebalikan dari logika deduktif. Proses berpikir ini bukan dimulai dari pernyataan umum, tetapi dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus menuju kesimpulan yang bersifat umum. Pernyataan-pernyataan khusus dibuat berdasarkan pengamatan atau pengalaman empiris.
Landasan proses berpikir deduktif adalah rasional atau teori. Teori-teori tersebut didapat melalui pengetahuan ilmiah yang telah dihasilakn oleh ilmuwan sebelumnya. Berdasarkan teori-teori rasional itu disusun konklusi atau simpulan. Di dalam penelitian ilmiah, hal ini digunakan untuk merumuskan hipotesis. Artinya, hipotesis peneliti-an disusun dan dirumuskan berdasarkan teori-teori raisonal. Oleh karena itu, hipotesis sering juga disebut sebagai jawaban sementara atau dugaan sementara. Dikatakan sementara karena baru menurut teori. Jadi, proses berpikir deduktif berlandaskan kepada teori dan gunanya adalah untuk merumuskan hipotesis.
Landasan proses berpikir induktif adalah pengalaman atau data empiris. Data-data atau fakta khusus yang diperoleh melalui pengamatan disu-sun, diolah, dikaji, dan diberi makna dalam bentuk pernyataan. Kemudian pernyataan itu digunakan untuk menarik kesimpulan generik atau kesimpulan yang bersifat umum. Hasil dari proses berpikir ini biasanya digunakan untuk menguji hipotesis. Hipotesis dirumuskan berdasarkan teori rasional. Hipotesis itu merupakan dugaan atau jawaban sementara. Oleh karena itu, hipotesis perlu diuji kebenaranya dengan data empiris. Prosesnya itulah yang didukung oleh logika atau berpikir induktif. Jadi, proses berpikir induktif atau logika induktif adalah logika yang berlandaskan kepada data empiris yang berfungsi untuk menguji hipotesis.
4. Berpikir Ilmiah, Penelitian Ilmiah, dan Karya Ilmiah
Berpikir ilmiah menggabungkan berpikir deduktif dengan berpikir induktif (Sudjana, 1991:9). Kata Suriasumantri (1986:142), “berpikir ilmiah adalah gabungan cara berpikir rasional dengan empiris”. Pada bagian terdahulu dijelaskan, berpikir deduktif adalah juga berpikir rasional, berpikir induktif juga merupakan berpikir empiris. Kedua pendapat itu pada hakikatnya mengungkap-kan pernyataan yang sama. Jadi, penggabungan berpikir deduktif atau rasional dengan berpikir induktif atau empiris merupakan berpikir ilmiah.
Berpikir ilmiah bukanlah berpikir rasional (teoretis) semata, bukan pula berpikir empiris belaka, melainkan penggabungan kedua proses berpikir itu. Dengan proses berpikir rasional diajukan hipotesis, dengan proses berpikir empiris dilakukan verivikasi data untuk menguji hipoteis. Dengan penggabungan kedua proses itu lahirlah metode ilmiah, yaitu metode yang menjadi pemandu dalam cara-cara berpikir untuk meng-hasilkan pengetahuan yang bersifat ilmiah.
Di dalam berpikir ilmiah terdapat tiga jenis kebenaran. Ketiga jenis kebenaran itu adalah kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, dan kebenaran pragmatis. Kebenaran koherensi adalah bila pernyataan berkoherensi dengan pernyataan sebelumnya. Kebenaran korespondensi ialah apabila yang terekandung di dalam pernyataan itu berhubung-an dengan objek yang dituju. Kebenaran pragmatis adalah pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu fungsional (berguna) bagi kehidupan praktis.
Djojosuroto (2004:28) menyatakan seperti berikut:
“Kebenaran koherensi, ialah apabila pernyataan dianggap benar, bila pernyataan itu bersifat koherensi dan konsisten dengan pernyataan sebelum-nya. Dan dianggap benar menurut logika deduktif dengan menggunakan sarana matematika sebagai alat pembuktiannya. Kebenarakn korespondensi, ialah apabila pernyataan adalah benar, jika pengetahu-an yang terkandung dalam pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernya-taan itu menurut logika induktif dan menggunakan statistika sebagai sarana-nya. Kebenaran pragmatis, ialah apabila suatu pernyataan dikatakan benar bila diukur dengan kriteria apakah pernyata-an terse-but bersifat fungsional (berguna/ efektif) bagi kehidupan praktis. Atau suatu pernyataan dikatakan benar bila mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.”
Berepikir ilmiah menghasilkan metode ilmiah. Metode ilmiah menempuh empat langkah pokok. Keempat langkah itu adalah merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, verifikasi data untuk menguji hipotesis, dan menarik simpulan. Merumuskan masalah yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk dicarikan jawaban-nya. Mengajukan hipotesis yakni memberikan jawaban sementara dari pertanyaan yang diajukan. Verifikasi data yaitu mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menafsirkan data untuk menguji hipotesis. Menarik kesimpulan, artinya menentukan jawaban defenitif dari pertanyaan yang diajukan berdasarkan pengujian hipotesis.
4.1 Mengajukan Masalah
Mengajukan masalah, yakni mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk dicarikan jawaban-nya. Pertanyaan yang diajukan hendaknya problematik dalam pengertian mengandung banyak kemungkinan jawabannya. Masalah bisa didapat dari berbagai sumber. Sumber-sumber itu adalah: (1) pengalaman seseorang atau kelompok; (2) tempat kerja, tempat sekolah, dan lingkungan; (3) laporan hasil penelitian; (4) dari teori-teori, konsep, prinsip yang terkandung dalam pengetahu-an ilmiah; dan (5) fakta-fakta khusus secara empiris. Masalah diturunkan melalui proses berpi-kir deduktif dan bisa pula diturunkan melalui proses berpikir induktif.
4.2 Mengajukan Hipotesis
Mengajukan hipotesis yakni mengjukan jawaban sementara atau dugaan jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan dalam pengajuan masalah. Dugaan jawaban tersebut bertolak dari khasanah pengetahuan. Artinya, hipotesis yang diajukan diturunkan dari kajian teoretis melalui penalaran deduktif. Di dalam dasar-dasar metodo-logi penelitian, ada dua kategori hipotesis yakni hipotesis nol (Ho) dan hipotesis kerja/ penelitian (Hi). Hipotesis nol dirumuskan dengan notasi A = B, artinya “tidak terdapat perbedaan antara A dengan B”. Hipotesis kerja dirumuskan dengan notasi A > B atau A< B, artinya “A lebih besar dari B atau A lebih kecil atau lebih rendah dari B”.
4.3 Memverifikasi Data
Verifikasi data adalah mengumpulkan data secara empiris. Data itu kemudian diolah dan dianalisis. Hasilnya digunakan untuk menguji benar tidaknya hipotesis. Hipotesis yang teruji kebenarannya melalui data empiris, merupakan jawaban defenitif dari pertanyaan yang diajukan. Apabila proses pengujian hipotesis tersebut dilakukan berulang-ulang dan kebenarnya selalu ditujukkan dengan fakta/data empiris, maka hipoteis itu telah menjadi tesis.
4.4 Menyimpulkan
Menarik kesimpulan, artinya menentukan jawaban defenitif dari pertanyaan yang diajukan berdasarkan pengujian hipotesis. Simpulan berisi pimpunan dari proses dan hasil kegiatan penelitian. Intinya adalah jawaban pertanyaan penelitian secara defenitif.
5. Penelitian Ilmiah
Berpikir ilmiah adalah landasan atau kerangka berpikir penelitian ilmiah (Sudjana, 1991:11). Ada empat langkah berpikir ilmiah. Keempat langkah itu adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, verifikasi data untuk menguji hipotesis, dan menarik simpulan. Langkah-langkah itu menjadi kerangka kegiatan dalam penelitian ilmiah. Dengan demikian penelitian ilmiah adalah penelitian yang menggunakan kerangka berpikir ilmiah sebagai landasannya.
Ada tiga kegiatan pokok yang dilakukan dalam penelitian ilmiah. Ketiga kegiatan itu adalah menyusun perencanaan (proposal) penelitian, melakukan penelitian, dan menyusun laporan penelitian. Ketiga kegiatan itu mempunyai hubungan hierarkis (hubungan atas-bawah). Kegiatan pertama adalah menyusun perencanaan (proposal). Tanpa proposal, penelitian tidak mungkin dapat dilakukan. Kegiatan kedua melakukan penelitian, tanpa hasil penelitian laporan tidak dapt dibuat. Jadi, ketiga kegiatan itu mutlak dilakukan oleh seorang peneliti.
Proposal penelitian ilmiah berisi tiga babak (kelompok) kegiatan. Ketiga babak itu adalah pengajuan masalah, pengajuan hipotesis, dan penetapan metode penelitian. Masing-masing babak teridiri dari beberapa subbabak. Babak pengajuan masalah meliputi subbabak: latar belakang masalah; identifikasi masalah; pembatas-an masalah; perumusan masalah; perumsuan tuju-an; dan perumusan keguanaan penelitian. (ada lanjutan)
6. Pertanyaan dan Tugas
6.1 Pertanyaan
(1) Apa yang dimaksud dengan pengetahuan ilmiah?
(2) Apa karya ilmiah itu? Jelaskanlah secara ringkas!
(3) Jelaskanlah secara ringkas proses berpikir itu!
(4) Apa yang dimaksud dengan berpikir ilmiah? Jelaskanlah secara ringkas!
(5) Apa yang dimaksud dengan penelitian ilmiah? Jelaskan secara ringkas!
6.2 Tugas
Carilah lima permasalahan yang akan diajukan dalam penelitian! (dapat dikerjakan berkelompok atau individu)
=========================
BACAAN SELANJUTNYA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2003.Manajemen Peneliti-an. Jakarta: PT Rineka Cipta
Agung, I Gusti Ngurah. 2004. Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Bisri, Cik Hasan. 2001. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skiripsi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Djojosuroto, Kinayati. 2004. Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung: Nuansa
Nasution, S, dkk. 2004. Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi, dan Makalah. Jakarta: Bumi Aksara
Suriasumantri, Jujun. 1986. Filsafat Ilmu, Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan
Sudjana, Nana. 1991. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan, Komptensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara
Umar, Husein. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
BAGIAN KEDUA
PENGAJUAN MASALAH
(pertemuan kedua, ketiga, dan keempat)
1.Tujuan
Peserta mampu:
- menjelaskan pengertian masalah dan cara mendapatkannya;
- menjelaskan pengertian dan menyusun latar belakang masalah;
- menjelaskan dan melakukan identifikasi masalah;
- menjelaskan pengertian dan melakukan pembatasan masalah;
- menjelaskan pengertian dan melakukan perumusan masalah;
- merumuskan tujuan dan manfaat penelitian
2. Uraian Materi
2.1 Masalah dan Cara Mendapatkannya
Penelitian diawali dari masalah. Tanpa masalah penelitian tidak dapat dilakukan. Langkah pertama seorang peneliti adalah menemukan dan menetapkan masalah. Kalau begitu, apa masalah itu? Bagaimana cara memperolehnya? Nah, itulah yang dibicarakan pada bagian ini. Ikutilah penjelasan berikut!
Hampir setiap hari manusia berhadapan dengan masalah. Ketika akan berangkat ke sekolah, hujan turun sangat lebat; saat belajar di kamar, listrik mati; ketika pelajaran akan dimulai, ternyata buku catatan dan pena tertinggal di rumah, semuanya itu adalah masalah. Kalau begitu masalah itu adalah hal-hal yang menghambat atau menghalangi suatu tujuan? Ya, itulah di antaranya yang disebut masalah.
Pada awal semester, seorang siswa meren-canakan hasil belajar rata-ratanya semester ini 8,00. Akan tetapi karena sesuatu dan banyak hal, target itu tidak tercapai. Hal yang menghambat atau menghalangi pencapaian target itu juga masalah.
Pada contoh di atas terdapat dua hal yang dapat dijadikan perhatian. Kedua hal itu adalah keinginan atau harapan atau yang seharusnya dan kenyataan atau realita. Pada suatu sisi harapan siswa adalah hari tidak hujan, catatan dan pena tidak tertinggal, target harus tercapai. Akan tetapi, kenyataan (realita) menunjukkan hari hujan, catatan dan pena tertinggal, dan target nilai tidak tercapai. Dengan demikian terjadi jarak atau kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan. Itulah masalah. Jadi masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, jarak antara yang seharusnya dengan realita.
Di mana masalah didapatkan dan bagaiaman cara mendapakannya? Nah, itulah yang ingin kita bahas pada bagian berikut ini.
Margono (2003: 54) menyatakan hal-hal yang menjadi sumber utama permasalahan adalah: (a) bacaan; (b) seminar, diskusi, dan pertemuan ilmiah; (c) pernyataan ahli atau orang yang memiliki otoritas; (d) pengamatan sekilas; (c) pengalaman pribadi; dan (f) perasaan atau ilham.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk memperoleh atau mendapatkan masalah penelitian. Salah satu di antaranya ialah dengan melakukan analisis terhadap sumber. Analisis dilakukan dengan menguraikan secara rinci bahan yang diperoleh dari sumber yang jelas. Misalkan sumbernya pengalaman pribadi. Catatlah sebanyak-banyaknya hal-hal yang dialami dalam kehidupan pribadi. Kemudian pilih salah satu dari pengalaman itu. Pemilihannya dilakukan dengan menggunakan kriteria tertentu.
Margono (2003:55) menyebutkan enam kriteria yang dapat digunakan dalam memilih dan menetapkan masalah, yakni: (1) menarik; (2) bermanfaat; (3) dapat diteliti; (4) ada data pendukung; (5) ada teori pendukung; dan (6) sesuai dengan keinginan dan kemampuan peneliti. Sedangkan Arikunto (2002:28) menyarankan empat kriteria pemilihan dan penetapan masalah, yaitu: (1) sesuai minat peneliti; (2) dapat dilaksanakan penelitian; (3) tersedia faktor pendukung; dan (4) berguna atau bermanfaat untuk diteliti.
2.2 Latar Belakang Masalah
Hari ini kita membahas bagian pertama dari penelitian. Langkah awal dalam penelitian adalah pengajuan masalah. Pengajuan masalah itu diawali dengan latar belakang masalah. Apa yang dimaksud dengan latar belakang masalah? Nah, inilah yang dibahas pada bagian ini. Pembahasan meliputi dua hal pokok. Kedua hal pokok itu adalah pengertian latar belakang dan cara menyusun latar belakang. Pengertian latar belakang dipahami sebagai konsep tentang latar belakang. Sifatnya adalah pengetahuan tentang latar belakang. Penyusunan latar belakang dipraktikkan untuk memperoleh keterampilan dalam menulis. Intinya, tentu diharapkan tersusun-nya latar belakang dari masalah yang diajukan.
Latar belakang masalah adalah jawaban dari pertanyaan “Mengapa hal itu yang dijadikan masalah dalam penelitian? atau Apa alasan Anda mengangkat masalah itu?” Jawabannya adalah latar belakang masalah. Jadi, pada dasarnya, latar belakang itu bertujuan untuk menyatakan bahwa masalah yang diajukan dalam penelitian benar-benar perlu, penting, dan bermanfaat.
Biasanya, latar belakang masalah diambil dari tiga kelompok kajian. Ketiga kelompok kajian itu adalah kelompok yuridis (hukum, undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri, peraturan daerah, dan sejenisnya), kelompok teoretis (ilmu, rumus, dalil, dan keten-tuan akademis lainnya), dan kelompok pengalam-an empiris (fenomena atau gejala, data-data awal, fakta-fakta yang dapat dicerna dengan indra). Tidak harus digunakan ketiga kelompok itu sekaligus dalam satu latar belakang. Dapat dipilih salah satu saja, atau mungkin dua kelompok saja. Namun demikian, penetapan pemilihan kelompok kajian itu ditentukan oleh masalah yang diajukan.
Jika menggunakan kelompok kajian yuridis dan teoretis, dilakukan “pengutipan” terhadap salah satu di antaranya. Misalnya, jika diambil undang-undang, isi undang-undang itu harus dikutip dengan cara yang benar. Tatacara mengutip itu tentu telah dipelajari dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Hal yang sama juga berlaku untuk kelompok kajian teoretis. Jika yang digunakan sebagai latar belakang adalah kelompok kajian pengalaman emipiris, berarti harus ditampilkan data atau fakta awal yang benar-benar sahih atau akurat. Menampilkan data atau fakta awal juga dilakukan dengan cara-cara yang lazim.
Nah, sekarang mari kita berlatih! Anda sudah mengambil salah satu objek yang dijadikan masalah, bukan? Sekarang catatalah dan tentukan alasan Anda memilih atau menetapkan masalah itu. Tandailah kelompok kajian yang Anda gunakan! Apakah termasuk kelompok yuridis, teoretis, atau empiris atau ketiga-tiganya sekaligus. Oke, selamat berlatih!
2.3 Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Identifikasi masalah adalah menandai atau menacatat masalah. Penandaaan atau pengidentifi-kasian dilakukan atas objek masalah yang telah ditetapkan. Satu objek masalah kemungkinan menghasilkan identifikasi yang lebih dari satu. Artinya, satu objek masalah dapat menimbulkan berbagai masalah. Antara satu masalah dengan masalah yang lain saling berhubungan, saling berkonstilasi, dan saling berkaitan. Dengan identifikasi ini terlihat, bahwa masalah yang diangkat bukanlah masalah yang berdiri sendiri, melainkan memiliki hubungan dengan masalah-masalah lain. Jadi, hasil identifikasi masalah itu melahirkan banyak masalah atau banyak pertanyaan yang perlu dijawab.
Dari satu objek masalah yang ditetapkan, mungkin menampilkan sepuluh hasil identifikasi. Tentu saja tidak akan diteliti kesepuluh masalah itu. Mungkin yang akan diteliti hanya satu atau dua saja. Hal itu dipilih, selain masalahnya lebih penting, juga karena serba keterbatasan. Pemilihan masalah yang akan diteliti dari hasil identifikasi itu, disebut pembatasan masalah. Artinya, masalah yang diangkat dibatasi karena masalah itu sangat penting dan karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga misalnya. Jadi, pembatasan masalah adalah memilih satu atau lebih masalah dari hasil identifikasi masalah.
Kini mari kita berlatih mengidentifikasi dan membatasi masalah! Langkah-langkahnya adalah: (1) tetapkan objek masalah; (2) catat hal-hal yang mungkin dapat dipertanyakan dari objek itu; (3) buat kalimat tanya dari hal-hal yang mungkin dipertanyaan itu. Dengan demikian selesai identifikasi masalah. Untuk membatasi masalah pilihlah satu atau dua masalah yang benar-benar akan diteliti.
2.4 Perumusan Masalah
Rumusan masalah adalah uraian lebih rinci dari masalah yang telah dibatasi. Merumuskan masalah berarti memerinci atau menguraikan satu masalah menjadi beberapa masalah. Dari uraian itu akan terlihat rincian-rincian yang lebih kecil atau yang lebih terurai.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam merumuskan masalah adalah sebagai berikut: (1) menganalisis objek masalah; (2) menyusun pertanyaan dari hasil analisis tersebut; (3) mengoreksi kata tanya yang digunakan atau kalimat tanya yang dibuat; (4) menghindari pertanyaan atau rumusan masalah yang memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”.
Mari berlatih merumuskan masalah!
2.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian dirumuskan berdasarkan masalah. Misalnya masalah” Faktor apa sajakah yang menyebabkan siswa kelas …, SMA … sering terlambat datang ke sekolah?” maka tujuannya dirumuskan “untuk mengetahui atau mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan siswa kelas …, SMA … sering terlambat datang ke sekolah”. Jadi, tujuan itu dibuat berdasarkan masalah yang diajukan.
Biasanya di dalam penelitian dirumuskan dua tujuan. Kedua tujuan itu adalah tujuan umum dan tujuan khusus. Rumusan tujuan umum dibuat dari pembatasan masalah, sedangkan tujuan khusus dibuat berdasarkan perumusan masalah.
Nah, mari berlatih menyusun tujuan penelitian. Langkah-langkahnya adalah: (1) baca dan pahami kembali pembatasan masalah dan perumusan masalah; (2) tulis tujuan dalam kalimat pernyataan; (3) baca kembali tujuan yang dibuat dan perhatikan, apakah sudah dirumuskan dari masalah atau belum; (4) revisi bahasa yang digunakan untuk tujuan. Selamat berlatih.
Manfaat adalah kegunaan. Manfaat peneliti-an adalah kegunaan penelitian. Apa sajakah man-faat penelitian ini? Untuk siapa sajakah manfa-atnya? Itulah yang ditulis dalam manfaat penelti-an.
3. Pertanyaan dan Tugas
3.1 Pertanyaan
(1) Apa yang dimaksud dengan latar belakang penelitian? Jelaskanlah secara ringkas!
(2) Apa yang dimaksud dengan identifikasi masalah? Jelaskanlah secara ringkas!
(3) Apa yang dimaksud dengan pembatasan masalah? Jelaskanlah secara ringkas!
(4) Apa yang dimaksud dengan perumusan masalah? Jelaskanlah cara-cara meru-muskan masalah yang Anda ketahui!
(5) Apa yang dimaksud dengan tujuan dan manfaat penelitian? Jelaskanlah dengan ringkas!
3.2 Tugas
Selesaikanlah bab pendahuluan penelitian Anda sesuai dengan pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari pada bagian ini!
==============
BACAAN SELANJUTNYA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2003.Manajemen Peneliti-an. Jakarta: PT Rineka Cipta
Agung, I Gusti Ngurah. 2004. Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Bisri, Cik Hasan. 2001. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skiripsi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Djojosuroto, Kinayati. 2004. Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung: Nuansa
Nasution, S, dkk. 2004. Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi, dan Makalah. Jakarta: Bumi Aksara
Suriasumantri, Jujun. 1986. Filsafat Ilmu, Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan
Sudjana, Nana. 1991. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan, Komptensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara
Umar, Husein. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada