TENTANG HATI

“Ketahuilah, sesungguhnya  dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila dia     baik maka jasad tersebut akan menjadi baik, sebaliknya apabila dia buruk maka jasad tersebut akan menjadi buruk, ketahuilah segumpal daging itu adalah qalbu yaitu hati”  (Hadis, Bukhari)

Qalbu  adalah penentu pada setiap diri manusia. Organ  unik itu pengendali dari      setiap perilaku makhluk paling sempurna itu. Qalbu memiliki sejumlah pembantu yang melekat  pada  tubuh.   Para pembantu utamanya itu adalah mata,  telinga,  tangan,  dan anggota tubuh lainnya. Di  dalam  kitabullah beberapa  ayat  menderetkan  antara  hati,  tangan, telinga, dan mata. Para pembantu hati itu senantiasa beraktifitas bekerja  ketika hati memerintahkan. Qalbu menjadi komando penggerak dari para pembantunya.

          Hati yang baik adalah hati yang terpelihara dari kezaliman. Komando yang benar dan lurus  hanya  keluar  dari  hati  yang  bebas  dari  dosa maksiat. Jika anggota tubuh, pembantu hati berlaku zalim, itu  pertanda sumber komandonya, hati  sedang   dilanda maksiat atau dosa. Oleh karena itu, memelihara, menjaga, dan membentengi hati dengan segala kezaliman  dan  kemaksiatan  adalah  upaya  perjuangan  dalam hidup dan kehi-dupan. Di sinilah letak fungsi beriabadah kepada Allah.

          Kesucian hati hanya dapat dipertahankan jika  kita  senantiasa beribadah kepada Allah. Bentuk-bentuk ibadah itu dapat bervariasi sesuai pilihan kita  di bawah tuntunan Kitabullah dan Sunnah Rasul. Pada saat ibadah berlangsung, kita terhubung langsung kepada Sang Khalik. Hubungan langasung itu menjadikan kita selalu ingat untuk mence-  gah diri berbuat keji dan mungkar. Kontak langsung dengan Sang Khalik ini akan menjadi tameng bagi kita dari hal-hal yang mengotori hati.  Intinya,  beribadah yang  khusuk dan terus-menerus, senantiasa   menyucikan  diri kita  dari  berbagai kekototan duniawi.  Insya-Allah.

        Proses menyucikan hati garis besarnya dua. Pertama memupuk dan mempertahan-kan iman di dada, kedua  mengiringi   iman itu dengan berbuat kebajikan atau amal sha-leh. Kedua proses itu berjalan beriringan. Iman yang kuat dan terpelihara akan bemuara kepada amal shaleh. Setiap amal hanya akan dikatakan shaleh, kalau dilandasi dengan    iman. Dua hal inilah upaya atau proses utama untuk menyucikan hati. Banyak ayat di dalam Al-Quran yang menderetkan iman dengan amal saleh. Bahkan  hampir   setiap kata iman di dalam Kitabullah itu selalu diiringi dengan amal saleh. Jadi iman dan amal sha- leh adalah upaya intesif untuk menyucikan hati dari segala kekotoran. Insya-Allah.

Baiturrahim, Padang, 20 Desember 2022

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *