RESIKO BERBAGI

Oleh Zulkarnaini Diran

Resiko adalah konsekuensi, akibat yang harus ditanggung, beban yang harus dipikul pasca berbuat. Resiko bisa menyenangkan, dapat pula menyengsarakan. Hal itu tergantung kepada proses dan hasil dari suatu perbuatan atau tindakan. Resiko menyenangkan pastilah berasal dari proses dah hasil perbuatan yang baik dan benar. Resiko menyengsarakan bisa jadi berasal dari proses takbenar dan hasil takbaik. Atau salah satu tidak benar.

Berbagi adalah memberi. Memberi dapat dilakukan dari milik sendiri atau dari milik orang lain ke orang lain pula. Artinya, hal yang diberikan bisa yang punya kita, dan dapat pula punya orang lain. Jika punya orang lain yang dibagikan, berarti kita namanya menyampaikan pesan atau meneruskan atau men-share.

Akhir-akhir ini berbagi sangatlah mudahnya. Apalagi berbagi informasi. Hal yang akan dibagikan mudah didapat, proses membagikannya pun sangatlah gampang. Perangkat canggih, telepon pintar adalah fasilitas yang memudahkan untuk itu. Hanya dengan menggerakkan jari-jemari, proses berbagi akan berlangsung dalam tempo “yang sesingkat-singkatnya”.

Banyak orang, dewasa ini senang, bahkan hobi berbagi atau meneruskan atau men-share informasi. Media sosial mewadahi hal itu. Berbagai aplikasi seperti FB, WA, Instagram “menyediakan diri” agar orang mudah berbagi. Fasilitas-fasilitas itulah yang menjadikan orang mudah, senang, dan hobi berbagi. Begitu hebatnya hobi itu ada yang suka berbagi dengan cara “maju takgentar”.

Dalam berbagi informasi atau meneruskan informasi perlu kecerdasan. Sebelum berbagi, seyogyanya dipertimbangkan beberapa hal. Pertimbangan pertama adalah azas manfaat. Jika membagikan informasi tertentu ke grup atau kepada perseorangan hendaklah dipertimbangkan manfaatnya untuk diri sendiri dan untuk orang lain atau penerima informasi itu. Sebagai orang beragama, orang bermoral, orang berakhlak, dan orang yang menaati norma yang berlaku, pertimbangan ini wajib dilakukan. “Apaka manfaat informasi ini bagi diri saya dan bagi orang lain jika saya bagikan?” Ini pertimbangan dasar.

Pertimbangan kedua adalah kebenaran atau kesahiahan ifnromarmasi yang dibagikan. Ini adalah kemutlakan, yang dibagi hendaklah informasi yang benar dan sahia. Jelas sumbernya, dapat dipertanggungjawabkan. Hal itu penting, bahkan teramat penting. Islam memeringatkan melalui Al-Quran, Surat An-Nur (24), ayat 15, “(Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu hal besar.” Ini aba-aba, peringatan, agar kita “jangan membagikan” informasi yang kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan, apatah lagi kita buta terhadap informasi itu

Pertimbangan lain adalah akibat dan dampak. Bisa jadi, informasi yang dibagikan berdampak dan berakibat positif kepada penerima dan dapat pula berdampak negatif. Informasi yang berhubungan dengan “luapan emosi” misalnya. Ketika informasi berdampak positif diterima seseorang, batinnya damai dan tenteram. hatinya senang menerima, dia menerima dengan penuh kebahagiaan. Akan tetapi, ada pula informasi negatif seperti kekerasan, kebrutalan, dan hal-hal sejenis yang membuat penerima sok, stres, sakit, dan tertekan. Hal ini, akibat dan dampak dari informasi yang dibagikan. Makanya hendaklah dipertimbangkan.

Tentu, banyak hal lain yang harus dipertimbangkan ketika kita berbagi informasi. Norma agama, norma hukum, norma kemasyarakatan mengajarkan kepada kita, bahwa kita hendaklah “berbuat baik terhadap sesama”. Berbagi informasi termasuk berbuat baik, bahkan sangat dianjurkan. Akan tetapi perlu pertimbangan yang matang. Perlu perhitungan yang jelimet, bukan asal “share”, asal kirim dan asal bagi. Setiap yang dibagi mengandung resiko. Resiko pertama adalah untuk diri kita. Ketika kita berbagi informasi yang benar, cara yang benar, pertimbangan yang benar, tentu resiko yang kita terima ada “pahala” dari Allah SWT dan terimakasih dari mereka yang menerima. Jika informasi yang dibagi tidak benar, caranya keliru, tanpa pertimbangan yang matang, resikonya adalah “dosa dan siksa”. Dosa akan mendatangi kita karena kita telah berbuat kesalahan.

Jadi, resiko berbagai itu, khsusunya informasi ada dua yakni “pahala dan dosa”. Mari kita menjadi orang arif dalam berbagai atau men-share informasi. Apa pun yang kita bagi, tetap akan dipertanggungjawabkan kelak di Mahkamah Allah. Allah Maha Melihat, Maha Mengetahui yang lahir dan yang batin, Maha Mengetahui yang nyata dan yang gaib. Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat.

Manna, Bengkulu Selatan, 12 November 2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *