Oleh Zulkarnaini Diran
Manusia terlihat dari sikapnya. Sikap itu terlihat secara fenomenal dalam kehidupan sehari-hari. Sikap-sikap itu akan muncul ketika ia berinteraksi dengan dirinya atau berinteraksi dengan lingkungannya. Sikap baik, sikap buruk, sikap baik-buruk akan muncul kepermukaan pada siatuasi interaksi itu. Meskipun demikian, ”Manusia bukan sikapnya”, kata Elfiky, Maestro Motivator Muslim Dunia (2011).
Manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna. Kesempurnaan ini meliputi semua dimensi diri manusia. Ia ciptaan yang sempurna lahir dan batin, raga dan jiwa, luar dan dalam. Kesempurnaan itu ditegaskan Allah dalam QS At-Tin,95:4, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan bentuk sebaik-baiknya.” Jadi, manusia diciptakan tanpa cacat, tanpa kesalahan, tanpa kealpaan, dan sebagainya. Hadis Bukhari – Muslim menyatakan, ”Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci)….” Kata ”sebaik-baiknya dan fitrah” mengeksplistkan bahwa manusia lahir dalam kesempurnaan dan kesucian.
Hal-hal buruk yang terjadi pada manusia adalah akibat pengaruh lingkungannya. Pengaruh itu terjadi sejak lingkungan paling kecil sampai lingkungan paling besar. Lingkungan paling kecil adalah keluarga. Lingkungan keluarga, terutama kedua orang tua, turut ”mengotori” diri manusia sehingga ia memiliki sikap buruk dan zalim. Hal itu ditegaskan lagi oleh lanjutan hadis, ”….keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.”
Lingkungan yang ada di luar keluarga adalah lingkungan yang luas dan besar. Lingkungan itu dapat dimulai dari korong dan kampung, nagari, sampai masyarakat bangsa dan negara. Sikap manusia dibentuk dan dipengaruhi oleh kondisi pada lingkungan yang luas atau besar itu. Disadari atau tidak sikap-sikap yang terekplisit pada diri manusia adalah produk lingkungannya, bukan bawaannya. Oleh karena itu dikatakan, ”manusia bukanlah sikapnya”.
Sikap adalah reaksi spontan terhadap suatu objek atau kejadian. Reaksi itu terjadi ketika atau setelah interaksi berlangsung. Interaksi adalah hubungan timbal balik antara seseorang dengan lingkungannya. Lingkungan itu bisa jadi benda atau situasi. Jadi, sikap bukanlah ”produk tunggal” individu dalam bentuk bawaan. Sikap dibentuk oleh lingkungan pasca atau sedang terjadi interaksi.
Manusia makhluk sosial. Dia hidup di antara individu dan kelompok manusia lain. Dia hidup dalam ruang dan waktu tanpa batas. Pada keberadaannya itulah terjadi interaksi dengan berbagai dimensi hidup dan kehidupan. Interkasi itu pertama-tama akan direspon oleh pikiran. Respon pikiran bisa positif, biasa negatif. Jika seseorang biasa berpikir positif, respon yang dimunculkan akan positif, kalau biasa berpikir negatif, responnya seirama dengan itu pula.
Respon pikiran terhadap suatu objek atau situasi, tereksplisit dalam bentuk sikap. Katakanlah pikiran menerima informasi ”buruk atau negatif” tentang seseorang. Pikiran akan meresponnya spontan. Jika pikiran terlatih ”selektif” menerima informasi, ia akan melakukan kajian dan penyaringan terhadap informasi itu. Pikiran akan mengolahnya berdasarkan data yang tersimpan di dalam memorinya tentang objek orang itu. Setelah dianalisis dengan tuntas, barulah eksekusi dilakukan. Di situlah sikap terlihat dan teraktualisasi dengan spontan.
Hal yang sama juga akan terjadi jika pikiran kurang atau tidak selektif. Tanpa kajian, tanpa analisis, tanpa perhitungan, eksekusi langsung dilakukan. Respon spontan segera muncul sesuai dengan isi informasi yang diterima oleh pikiran. Dengan demikian, akan terlihat sikap negatif terhadap objek yang dimaksud.
Jadi, interaksi dengan lingkungan akan menghasilkan informasi. Informasi berpengaruh terhadap pikiran. Pikiran yang seleksitf akan menyaring informasi, sebaliknya yang kurang selektif akan menerima informasi tanpa pertimbangan. Pikiran akan memberikan respon berdasarkan informasi itu. Respon itu muncul dalam bentuk sikap. Jadi, antara ketiganya memiliki hubungan kausal (sebab akibat). Akan tetapi inti kendalinya ada di pikiran. Baik buruk sikap terhadap suatu objek ditentukan oleh pikiran. Pikiran mempengaruhi sikap.
Padang, 10 Januari 2024