ISLAM KAFFAH DAN AKHLAK

Oleh Zulkarnaini Diran

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah, 2:208)

Ini perintah Allah. Perintah-Nya hanya kepada orang-orang yang beriman, bukan kepada semua orang. Perintah itu tegas, jelas, dan tidak bermakna ganda. Isinya adalah agar orang beriman masuk ke dalam Islam secara kaffah, keseluruhan, bukan setengah-setengah. Ketika sudah masuk ke dalam Islam secara total, jangan mengikuti langkah syetan. Syetan akan menyesatkan atau mengajak kepada kemaksiatan atau mengajak ingkar kepada Allah. Memang syetan itu adalah musuh yang nyata bagi orang beriman.

Ikramah berkata, ada orang-orang Yahudi yang sudah masuk Islam. Mereka adalah Abdullah bin Salam, Tsa’labah, Ibnu Yamin, Asad dan Usaid kedua anak Ka’ab, Sa’ad bin ‘Amr, dan Qais bin Zaid menemui Rasul dan berkata, “Wahai Rasulullah, hari Sabtu adalah hari yang agung bagi kami, maka biarkanlah kami beribadah dan berlibur hari itu. Dan Taurat adalah kitab Allah, biarkanlah kami mengamalkanya pada malam hari saja.” Maka turunlah ayat 208 surat al-Baqarah. (HR Ibnu Jarir)  dari (Asbabun Nuzul, Imam Jalaluddin as-Sayuthi, 2018:28)

Menurut Ibnu Katsir dalam Ringkasan Tafsirnya, 2018:148, ”…kaffah berarti bahwa mereka semua diperintahkan untuk mengerjakan semua cabang iman dan syariat Islam, yang jumlahnya banyak sekali, sesuai dengan kemampuan atau kesanggupan.” Masuk ke dalam Islam secara kaffah, berarti mengandung pesan agar orang beriman masuk ke dalam islam secara total, tidak tanggung-tanggung. Mereka diperintahkan untuk melaksanakan cabang iman dan syariat Islam secara menyeluruh dalam batas kesanggupan.

Ada dua perintah. Pertama, masuk ke dalam Islam secara kaffah dan kedua jangan ikuti langkah syetan. Kedua perintah itu diiringi dengan keterangan. Syetan itu adalah musuh yang nyata bagi orang beriman. Dua perintah satu berita pada ayat ini pantas dijadikan sebagai bahan renungan. Sekurang-kurangnya renungan itu ditujukan untuk kemaslahatan diri sendiri. Syukur-syukur kalau hasil renungan itu dapat ditularkan kepada keluarga, tetangga, dan seterusnya.

Jika direnungkan, ayat ini adalah pengendali bagi orang beriman dalam berperilaku. Kendali itu dapat dinukilkan dalam bentuk pertanyaan. Sebelum melakukan sesuatu ada baiknya diajukan pertanyaan,  ”Apakah yang akan kulakukan ini sesuai dengan ajaran Islam?” Jika sesuai dengan ketentuan Islam, baru dilakukan. Jika tdak sesuai, seharunya tidak dilakukan. Di sinilah letaknya ”Islam kaffah” menjadi kendali dalam berbuat, bertindak, atau berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Pada saat kita menyandarkan perilaku sehari-hari kepada rambu-rambu islami, saat itu hidup kita memiliki patron yang jelas. Patronnya ialah semua dimensi iman dan syariat Islam. Dimensi iman dan syariat Islam tertera dalam dua sumber utama yakni Kitabullah dan Sunnah Rasul. Tantangan bagi orang yang beriman yang menjadikan Islam sebagai patron hidupnya adalah “harus” memepelajari dan mendalami pesan-pesan Allah dalam kitab-Nya (kauliyah dan kauniyah). Selain itu, tentu pula mempelajari sunnah dari Rasulullah, Muhammad SAW.

 Pengamalan semua yang dipahami dan didalami dari Kitabullah dan Sunnah Rasul, merupakan keseharian orang-orang yang beriman yang memasuki Islam secara kaffah. Setiap perbuatan hendaklah merujuk kepada kitabbullah dan sunnah Rasul itu. Tentu saja, hal ini haruslah dilakukan dengan ikhlas. Dilakukan semata-mata hanya karena Allah, bukan karena alasan lain, bukan karena motivasi lain. Jika amal itu diniatkan semata-mata karena Allah dan dilakukan sesuai dengan rambu-rambu islami itu, maka akan muncul di diri kita perilaku islami, perilaku yang bersandar kepada ajaran Islam yang totalitas (kaffah).

Perilaku sahari bersandar kepada ajaran Islam. Tindakan-tindakan, perbuatan, perkataan, bahkan gerak hati pun mempedomani ajaran Islam. Hal yang seperti itu akan melahirkan perilaku baik dan benar. Berperilaku dalam kehidupan sehari-hari dengan baik dan benar, adalah pertanda memiliki akhlak yang baik atau akhlakul karimah. Itulah intinya yang dikatakan Muhammad SAW, ”Sesungguhnya  aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR Al-Baihaqi).

Jadi, orang-orang beriman yang masuk ke dalam Islam secara kaffah adalah orang yang mengmalkan Islam secara total. Totalitas keislaman itu terwujud dalam mengamalkan iman dan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pengamalan iman dan syariat diawali dengan ilmu, diiukuti amal perbuatan, dilakukan dengan ikhlas, dan buahnya adalah akhlak. Dengan demikian pula dapat dikatakan, orang beriman yang ber-Islam kaffah adalah orang yang berakhlak mulia. Tentu saja, orang yang berakhlak tidak akan mengikuti langkah syetan, karena dia sadar sesadar-sadarnya bahwa syetan itu adalah musuh yang nyata baginya. Semoga.

Padang, 1 April 2024

One comment

  1. Islam Kaffah dan Akhlak

    Mantap sekali Pak. Bisa menjadi pedoman bagi kita dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Semoga kita dapat menjadi ummat yang masuk ke dalam Islam yang kaffah dan mengamalkan Islam secara total.
    Aamiin…. yaa rabbal ‘aalamiin….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *