BANTULAH KAMI

Oleh Zulkarnaini Diran

Kini kita berada pada tahun baru. Tahun 2024 ditinggalkan, tahun 2025 dijelang. Bukan hanya pergantian tahun yang terjadi di negeri ini, para petinggi pemerintahan pun berganti dengan yang baru. Ini artinya ada serba baru. Tahunnya baru, perangkat pemerintahannya baru, dan seharusnya juga ada harapan baru. Tentu yang sangat diharapkan dari serba kebaharuan ini  terbentuk sesuatu yang  baru di dunia pendidikan. Sekurang-kurangnya itulah harapan kita, para pendidik dan tenaga kependidikan di negeri ini.

Dunia pendidikan bukanlah dunia yang berdiri sendiri, bukan pula dunia otonom yang mengurus dirinya sendiri. Dunia pendidikan bagian integral dari dunia yang ada  dan memiliki hubungan-kait dengan dunia lain dalam bingkai negara kesatuan RI.  Akibat hubungan itu, dunia pendidikan terpengaruh olehnya. Dunia sosial, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya berpengaruh besar terhadap proses dan hasil pendidikan di Tanah Air.

Secara akademik dan teoretis ada tiga ranah yang digarap di dunia pendidikan. Ketiga ranah itu pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif). Secara praktis ketiga wilayah garapan itu tidak dapat dan tidak mungkin dipilah atau didikotomus. Dalam praktik pendidikan ketiganya berjalan serentak, berjalan seiring, dan terpadu. Oleh karena itu, dulu Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menjadikan ketiga hal itu sebagai dasar untuk merumuskan kompetensi di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Rumusan itu adalah, ”Kompetensi adalah perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai-nilai dasar yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.”

Ketiga ranah itu ditumbuh-kembangkan melalui tiga kegiatan pula. Pengetahuan dikembangkan melalui pengajaran, keterampilan melalui pelatihan, dan sikap melalui pendidikan. Pengetahuan dan keterampilan tidak bermasalah banyak dalam proses dan hasil pendidikan, tetapi  sikap atau niai-nilai dasar mengalami masalah besar. Masalahnya bukan hanya di dalam proses, tetapi juga di dalam hasil pendidikan. Hingga sampai kini, sampai tahun baru ini, dan sampai pemerintahan baru ini masalah sikap masih menjadi keluhan masyarakat.

Sikap adalah perilaku atau cara berperilaku yang menunjukkan pandangan, pendapat, atau perasaan seseorang terhadap sesuatu seperti nilai, norma, kejadian, atau orang lain. Sikap melekat pada setiap individu. Respon individu terhadap sesuatu menggambarkan sikapnya, memperlihatkan kepribadiannya. Sikap akan terlihat nyata pada saat terjadi interaksi dan atau kontak satu arah dengan sesuatu. Artinya, sikap juga bukan berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh hal yang ada di sekitar individu. Istilah lain untuk sikap adalah tingkah laku, perangai, karakter, dan sebagainya.

Menurut berbagai referensi, ada lima hal yang mempengaruhi sikap seseorang. Kelima hal itu adalah pengalaman pribadi, lingkungan sosial, pendidikan, kultur atau tradisi, dan media massa. Peserta didik pada satuan pendidikan memiliki pengalaman pribadi. Dia berada di lingkungan sosial tertentu, mengikuti pendidikan sesuai pilihan, jenjang, dan tingkat. Mereka juga hidup dalam kultur atau tradisi tempat tinggalnya. Mereka juga berinteraksi dengan media massa, terutama media sosial yang diakrabinya. Semua itu akan berpengaruh kepada sikapnya.

Dalam beberapa kajian, ternyata lingkungan di luar isntitusi pendidikan mendominasi pembentukan, penumbuh-kembangan perilaku. Lingkungan masyarakat luas ternyata paling dominan. Meskipun kajian-kajian itu perlu diautentifikasi ulang, namun dampak perilaku masyarakat luas memang terasa pengaruhnya kepada peserta didik. Hal itu sangat dirasakan oleh pendidik dan tenaga kependidikan dewasa ini. Banyak contoh yang dapat diangkat untuk pembuktiannya. Di antaranya adalah perilaku berkomunikasi. Cara dan gaya berkomunikasi peserta didik dewasa ini ”dipaksa” takluk oleh keadaan sekitarnya.

”Budaya caci-mencaci, menghina, dan merendahkan orang” belasan tahun terakhir telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Budaya itu menghinggapi hampir semua lapisan. Budaya buruk itu menyerang dan menerjang semua lini, hal itu teraktualisasi di media sosial dan media lainnya. Tentu saja, secara tidak disadari hal ini merembes kepada peserta didik. Mereka yang mulai tumbuh dan berkembang serta sedang mencari jati diri, menerima hal itu tanpa seleksi. Hal itu melekat di dalam pikiran dan hati mereka. Akhirnya menjadi sikap dan perilaku mereka pula.

Kita para pendidikan dan tenaga kependidikan hanya berharap. Pada tahun baru dan pemerintahan baru ini hal-hal buruk yang telah “membudaya” selama tahun dan pemerintahan sebelumnya hendaknya dikurangi jika belum mungkin dihabiskan. Tidaklah mungkin pendidik dan tenaga kependidikan dapat membendung hal-hal buruk yang telah membudaya itu melalui institusi dan profesinya. Soalnya peserta didik mereka berada di tengah-tengah pengaruh seperti diungkapkan di atas.

Masyarakat yang hidup di berbagai lini, hentikanlah caci maki, penghinaan, dan sejenisnya. Bebicaralah dengan bahasa  yang baik. Berkatalah dengan kata yang sopan yang dilandasi oleh agama dan budaya yang dianut. Tolonglah dan bantulah kami para pendidik dan tenaga kependidikan ini agar anak bangsa ini kelak hidup dalam akhlak yang baik. Agar mereka kelak mampu berkomunikasi dengann sopan dan santun serta berbahasa dengan lemah lembut. Bantu kami ya, Bapak-bapak dan Ibu-ibu Pejabat, Politisi, Ilmuwan, Ulama, dan sebagainya! Ciptakanlah budaya berkhlak, beradab, dan berbudi luhur pada tahun baru dan pada pemerintahan baru ini! Insya-Allah, bantuan Anda semua akan dicatat sebagai amal kebajikan dan amal jariyah.

Mari kita renungkan Firman Allah SWT berikut ini!

  1. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71].
  2. “Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia” (Al-Baqarah ayat 83) 

Manna, 15 Januari 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *