SERUAN

Oleh Zulkarnaini Diran

Allah menyeru hamba-Nya dengan “identitas iman”. Seruan dengan identitas itu adalah seruan istimewa dan mulia. Seruan itu memang diperuntukkan bagi hamba-Nya yang memiliki perbedaan dengan hamba-hamba-Nya yang lain. Hamba yang diseru dengan predikat keisitimewaan dan kemuliaan itu adalah hamba yang membenarkan adanya  Allah sebagai Rabb,  hari akhirat,  para rasul, para malaikat, kitab-kitab Allah, kadar baik, dan buruk. Oleh karena meyakini dan membenarkan hal itulah mereka berbeda dengan hamba-hamba-Nya yang lain. Itulah yang menjadikannya istimewa dan mulia dalam seruan Allah SWT.

Abdullah bin Mas’ud berkata, “Apabila engkau mendengar Allah berfirman, ‘Ya ayyuhaldzina amanu (hai orang-orang beriman), maka pasanglah pendengaranmu dengan baik, karena akan ada kebaikan yang diperintahkan dan keburukan yang dilarang, atau berita gembira yang ditawarkan atau bahaya yang diingatkan. Maka apabila Allah memerintahmu, lakukanlah dan jika Dia melarangmu , maka jauhilah. Jika ada berita gembira, bergembiralah, pujilah Allah, dan apabila Dia mengingatkan kamu, maka ingatlah (hati-hatilah), carilah keselamatan dengan karunia-Nya”

Syaikh Jabir Al-Jazairi (2004:6) menyatakan, ”Iman itu laksana ruh bagi manusia. Seorang mukmin itu pada hakikatnya hidup. Orang tidak beriman sama halnya dengan mati. Realisasi dari iman adalah taqwa. Taqwa secara simpel adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Oleh karena itu iman dan taqwa dua hal yang berjalan seiring dan berdampingan”. Dengan demikian, iman adalah landasannya, taqwa adalah tindakannya, perbuatannya, realisasinya.

Ketika Allah SWT menyeru orang beriman, berarti di situ secara inplisit ada perintah untuk bertaqwa. Ketika ada perintah untuk bertaqwa yang konsepnya melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, di situ tersembunyi perintah untuk ”mengetahui” atau berilmu. Seorang beriman yang mendengar seruan Allah SWT harus tahu hal-hal yang harus dikerjakan dan hal-hal yang harus dijauhi. Semuanya itu adalah ilmu dan pengetahuan.  Oleh karena itu, menuntut ilmu wajib hukumnya bagi orang yang beriman.

Seruan Allah SWT kepada orang beriman berimplikasi dengan taqwa dan ilmu. Iman adalah rohnya, magmanya, taqwa adalah konsep tindakannya, ilmu adalah panduan untuk melaksanakan aktifitas bertaqwa. Sementara itu, taqwa harus diiringi dengan amal perbuatan. Setiap amal orang beriman harus dilandasi dengan ikhlas karena Allah. Buah akhirnya adalah akhlak. Jadi,  iman, taqwa, ilmu, amal, ikhlas, dan akhlak adalah rangkaian konsep spiritual dan operational dalam memenuhi seruan Allah SWT.

Lebih kurang 89 ayat di dalam Al-Quran yang diawali dengan seruan kepada orang yang beriman. Kalimat seruan itu tercantum di dalam berbagai surat. Di antaranya Al-Baqarah, Ali Imran, dan An-Nisa’. Ini satu contoh, “Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah, 2:153). Seruannya adalah agar memohon pertolongan kepada Allah SWT dengan sabar dan salat. Untuk dapat bersikap sabar perlu ilmu dan pengetahuan tentang sabar menurut Islam. Salat yang benar yang sesuai dengan syarat, wajib, dan rukun  memerlukan ilmu dan pengetahuan yang benar tentang salat.

Berlaku sabar adalah bentuk amalan atau perbuatan. Sabar yang dilakukan hendaklah berlandaskan kepada ikhlas, yakni bersabar hanya karena Allah SWT. Jika digunakan landasan lain selain karena Allah SWT, maka sabar itu tidak akan menjadi amal saleh di dalam koridor perintah Allah. Sabar adalah suatu proses dalam beramal, buah atau hasilnya adalah pertolongan Allah. “Allah bersama orang yang sabar”.

Salat adalah amal yang termasuk dalam kategori ibadah mahdah. Ibadah shalat telah diatur secara spesifik dan detil oleh ajaran Islam. Salat yang benar adalah salat yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. “Salatlah kalian seperti aku shalat”, katanya dalam hadis sahiah. Tentu pula, salat juga harus dilakukan dengan ikhlas. Dilaksanakan semata-mata hanya karena Allah SWT, bukan karena yang lain. Dengan keikhlasan dalam proses shalat, tentu hasilnya adalah mendapat Ridha dari Allah SWT, sedangkan dampaknya adalah tercegah diri dari perbuatan keji dan mungkar.

Ketika sabar dan shalat terkombinasi, dari pelakunya terpencar akhlak mulia. Sabar merupakan sikap yang sangat dianjurkan, sementara shalat adalah ibadah yang mutlak harus dilakukan. Orang yang penyabar dan orang yang taat melaksanakan shalat, pastilah memiliki akhlak mulia. Oleh karena itu, ujung akhir dari seruan Allah SWT dengan panggilan mulia dan istimewa kepada hamba-Nya yang berpredikat iman, adalah juga seruan untuk berakhlak yang benar dan baik. ”Sesungguhnya aku di utus adalah untuk menyempurnakan akhlak”, kata Rasulullah SAW dalam hadis sahiah.

Jadi, Allah menyeru hamba-Nya dengan identitas iman adalah kemuliaan dan keistimewaan. Allah memuliakan dan mengistimewakan hamba-Nya yang ada dalam kategori ini. Seruan Allah SWT dengan kalimat  ”Ya ayyuhaldzina amanu (hai orang beriman)” itu terdapat di dalam Al-Quraan. Jumlahnya lebih kurang 89 kali. Artinya Allah menyeru dengan kalimat itu melalui firman-Nya cukup banyak. Seruan dengan predikat iman itu berimplikasi kepada seruan untuk bertaqwa, seruan untuk berilmu, seruan untuk beramal, seruan untuk ikhlas, dan seruan untuk berakhlak. Hal itu terlihat secara eksplisit dan inplist di dalam ayat-ayat yang 89 itu.

Mudah-mudahan tulisan sederhana ini bermanfaat. Salam!

Manna, Bengkulu Selatan, 16 Januari 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *