Guru berangkat dari Padang. Tujuannya Kabupaten Agam, tepatnya SMA 1 Tilatang Kamang. Di sana ada ‘Temu Ilmiah’. Kegiatan kali ini agak lain. Jika selama ini guru bertemua hanya sesama guru di wadah MGMP Bahasa Indonesia, kini berkolaborasi dengan MKPS Bahasa Indoensia. Anggota kedua wadah itu bersepakat untuk berkolaborasi mengadakan temu ilmiah. Hanya dua topik yang dibahas dalam pertemuan itu yakni, pembelajaran sastra dan bimbingan penulisan ilmiah untuk siswa.
Pukul 06.10 guru dijemput oleh sahabatnya pengawas sekolah. Kali ini guru tidak menyetir sendiri seperti biasa, tetapi disopiri oleh seorang pengawas sekolah. Hebatlah perjalanan guru hari ini, sopirnya pengawas sekolah yang di dalam hierarki kependidikan pengawas sekolah adalah supervisor dari guru. Tentu guru merasa ‘bangga’ karena sopirnya supervisornya.
Sampai di sekolah yang dituju, guru diajak ke ruangan kepala sekolah. Guru kaget ketika bersalaman dengan kepala sekolah. Fasalnya, kepala sekolah yang wanita anggun itu, mencium tangan Sang Guru. Itulah yang membuat guru kaget. “Saya anak Bapak di SMP dulu”, kata kepala sekolah kepada guru. Guru merasa tersanjung karenanya. Rasa bangga sebagai guru dan rasa bahagia di hari tua guru, benar-benar dinikmatinya dalam batin saat itu. Mata guru berkaca-kaca sebagai pancaran rasa bangga dan bahagia sebagai guru. “Selamat, ya jadilah kepala sekolah yang ideal”, hanya itu kalimat yang terlontar dari mulut guru.
Guru kian merasakan rasa bangganya sebagai guru ketika memasuki ruang pertemun. Peserta menyalami guru dengan akrab, tulus, dan penuh sukacita. Bahkan ada yang secara reflek menyalami guru dengan pelukan. “Bapakku, sudah lama sekali tidak bertemu”, kata peserta yang menjadi guru mata pelajaran Bahasa Indoensia di salah satu SMA di Kabupaten Agam. “Ya, sudah agak lama juga, ya!” kata guru menjawab sapaan guru muda yang pernah menjadi siswanya itu.
Para peserta, pengawas sekolah dan guru membaur. Mereka larut dalam kebersamaan. Takterlihat lagi batas antara pengawas sekolah sebagai supervisor dengan guru sebagai pendidik saat itu. Mereka menyatu dalam kebersamaan. Memang mereka rata-rata adalah alumni dari Kampus Selatan. Mereka ada yang bersama ketika menyelesaikan jenjang Strata Satu (S1) dan yang bersama ketika menyelesaikan Starata Dua (S2) di Universitas Negeri padang. Dan, jadilah ‘temu ilmiah” itu menjadi “reuni” yang penuh makna.
Guru juga ikut larut dalam temu ilmiah yang sekali gus ‘reunian’ itu. Semoga hal yang sama akan diikuti oleh MGMP mata pelajaran Bahasa Indoensia dari kabupaten dan kota lain di Sumatra Barat. “Insyaallah hal ini akan dijadikan agenda rutin Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS) Mata Pelajaran Bahasa Indoensia”, kata Dra. Prima Nelita, M.Pd. ketua MKPS Bahasa Indonesia Provinsi Sumatra Barat.
Pakan Kamih, Tilatang Kamang, Agam, 26 Februari 2019