Oleh Zulkarnaini Diran
Kini memasuki bulan November, hari kedua. Dalam hitungan bulan berarti saya dan istri memasuki bulan ketiga bermukim di kota Manna, Bengkulu Selatan. Kami berangkat dari Padang bulan September 2023, bulan Oktober dilewati, dan kini bulan November 2023. Akan tetapi, jika dihitung hari, belum lama, baru lebih kurang empat puluh lima hari.
Hampir tiap pagi saya manfaatkan waktu untuk bersepeda di kota ini. Sendiri, ya sendiri saja. Belum saya temukan komunitas atau grup bersepeda di sini. Teman bersepeda pun jarang kelihatan. Meskipun ada satu dua berpapasan di jalan kami hanya saling melambaikan tangan saja.
Pagi ini, 2 November 2023, saya bertemu dengan Pak Yulizar. Bertemu di depan rumah Jl. Kolonel Berlian, Ibul, Manna. Ketika mau berangkat untuk bersepeda, beliau muncul dan melambaikan tangan. Saya balas lambaiannya, kemudian kami sepakati untuk bersepeda bersama pagi ini. Begitulah kami mengelilingi kota Manna menghabiskan waktu hampir tiga jam termasuk jam istirahat dengan jarak tempuh 24 km lebih.
Begitulah, saya dengan Pak Yul cepat akrab. Sebenarnya beberapa hari yang lalu kami sempat berjumpa, waktu itu beliau bersepeda bersama istrinya. Pagi ini hanya kami berdua, cerita lebih banyak tentang informasi keluarga untuk “saling akrab”.
Pak Yulizar pensiunan Bank Bengkulu. Masa dinas di bank daerah itu lebih tiga puluh tahun. Istrinya bekerja di Cabang Dinas Pendidikan Bengkulu yang berkantor di Manna. Dua dari lima anak beliau, kini sedang menyelesaikan tugas akhir masing-masing di Fakultas Kedokteran, Universitas Batam, Kepri dan Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah, Padang, Sumatra Barat.
Alhamdulillah, memasuki bulan ketiga bermukim di kota Manna, pagi ini, hari kedua bulan November 2023, saya mendapat teman bersepeda (mangayuah). Semoga hari-hari berikut bertambah teman, khusus untuk bersepeda di kota kecil pinggir pantai ini.
Bersepeda di kota kecil ini sebenarnya banyak medan menantang. Terutama jika ada teman yang mau memilih rute ekstem. Kota ini dikelilingi kebun sawit. Bukit-bukit yang ada di sekitarnya dipenuhi tanaman sawit, bahkan hampir tiap jengkal tanah di kawasan sekitar kota ini penuh dengan tanaman jenis palm ini. Di areal perekbunan inilah di antaranya ada rute-rute menantang. Tentu untuk melalui rute itu perlu teman, tidak bisa sndiri. Riskan sungguh kalau menyusuri rute ektrem ini dengan bersepeda tanpa teman.
Pengalaman getir tetapi mengasyikkan 17 Oktober 2023. Dengan modal nekad, saya coba menyusuri perbukitan sebelah utara kota Manna sendiri. Pendakiannya tidak begitu terjal, jalannya jalan tanah, tetapi ada bekas-bekas ban mobil di jalan itu. Ya, di dalam kebun sawit, begitulah saya memasuki perkebunan yang di dalamnya sangat bersih, tidak ada semak belukar. Terus “mangayuah” dan terus. Saya lihat di indikator perjalanan melalui perangkat yang ada, sudah hampir empat kilometer saya menyusuri perbukitan yang penuh sawit itu. Belum ada orang tempat bertanya. Saya bingung, tetapi tidak panik.
Tiap satu kilometer yang ditempuh tidak ada manusia yang dijumpai, yang ada hanyalah gerombolan ternak sapi. Melihat ada sepeda, sapi-sapi itu berlarian ke dalam kebun sawit. Satu gerombolan sapi mungkin bejumlah sepuluh sampai dua puluh ekor. Ngeri juga memikirkannya kemudian. Hampir delapan kilometer saya menyusuri jalan di dalam kebun itu, tidak ada satu mahkluk yang bernama manusia untuk bertanya. Akhirnya saya berpikir sederhana saja, jika ada bekas ban mobil menggilas jalan ini, berarti di ujungnya pasti ada jalan beraspal. Itu sajalah yang menjadi patokan saya.
Keyakinan itu membawa saya ke jalan mulus beraspal. Jalan kampung memang, tetapi sangat mulus. Memang, hampir semua jalan kampung di kota ini beraspal mulus. Saya ikuti jalan itu, akhirnya saya sampai di jalan raya Manna – Bengkulu. Keringat saya mengucur bukan karena lelah dan cuaca panas saja, tetapi juga dipengaruhi oleh perjalanan mangayuh yang saya lalui. Modal nekad, mangayuah sendiri, menyusuri kebun sawit, terasa menakutkan, tetapi tidak panik itulah resiko menempuh medan ekstrem dengan bersepeda. Sampai di rumah, saya lihat di perangkat perekam, ternyata perjalanan 17 Oktober 2023 ini menghabiskan waktu 03 jam, 18 menit, 19 detik dengan jarak tempuh 38,98 km.
Alhamdulillah, saya bena-benar bersyukur, hari ini mendapat seorang teman untuk bersepeda. Mudah-mudahan Pak Yulizar pada suatu hari bisa mengajak saya ke medan kebun sawit yang ada di sekitar kota ini.
Manna, Bengkulu Selatan, 2 November 2023