KLOTER KETUJUH BELAS

Bagian Kelima: KLOTER RAHMATA LIL ALAMIN

Oleh Zulkarnaini Diran

Kloter ke-17 adalah ”kloter nano-nano”. Penumpangnya terdiri dari dua provinsi, Bengkulu dan Sumatra Barat. Dari Sumatra Barat terdiri dari berbagai kabupaten kota. Hampir setiap daerah itu ada jemaah di dalamnya. Di dalam kloter ini bergabung penumpang dengan latar belakang yang berbeda. Artinya, penumpangnya beranekaragam. Keberanekaragamannya inilah yang menyebabkan kloter ini disebut “kloter nano-nano”.

Ada dua pola pikir yang dapat dikembangkan dalam memandang “nano-nano” – keanekaragaman. Kedunya adalah  pola pikir positif dan negatif, pola pikir optimis dan pesimis, serta seterusnya. Islam mengajarkan yang pertamanya,  yaitu positif dan optimis. Artinya, stiap orang muslim itu diharuskan, bahkan “diperintahkan” untuk berpikir positif dan optimis. Islam tidak mengajarkan dan memerintahkan pengikutnya untuk berpikir negatif dan pesismis.

Berpikir positif diawali dari pikiran kata orang-orang yang mengutamakan logika. Islam menyatakan bahwa berpikir postif itu dimulai dari hati atau qalbu. Dalam tulisan ini kita tidak hendak membedakan keduanya. Hal penting yang ditekankan adalah bahwa banyak dalil ayat dan hadis yang menegaskan tentang berpikir positif.

Pikiran positif atau negatif diawali dari prasangka. Jika prsangka baik, pikiran menjadi positif, sebaliknya jika prasangka buruk pikiran akan negatif. Prasangka buruk itu sendiri adalah dosa. Ditegaskan oleh Allah di dalam Surat Al-Hujurat Ayat 12, ”Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka! Sesungguhnya sebagaian prasangka itu dosa, dan jangan kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Dan jangan ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain….”

Prasangka yang dimaksud ayat ini tentu prasangka buruk. Jika prasangka itu muncul di dalam pikiran atau hati seseorang, pikirannya menjadi negatif. Pikiran negatif itu terus tumbuh dan berkembang di dalam dirinya karena setiap saat dan setiap kejadian dia berprasangka buruk. Hal inilah barangkali yang dimaksud oleh ayat di atas “sebagian adalah dosa”.  Mencari kesalahan dan bergunjing adalah aktualisasi atau perbuatan nyata dari prasangka buruk. Jika hal itu dilakukan terus-menerus, maka tumbuh suburlah pikiran negatif di dalam dirinya. Akahirnya semua subjek atau kejadian dianggap negatif. 

Islam menawarkan soslusi dari berpikir negatif yang diawali dengan prasangka itu. Hal itu adalah kebaikan dan keburukan yang terkait dengan diri sendiri. Apa saja yang diperbuat, termasuk  dipikirkan tentang kebaikan dan keburukan, muaranya adalah kepada diri sendiri,  Di antaranya QS Al-Isra ayat:7 menyatakan, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri ….”

Pesimis juga dilarang oleh Islam, umatnya dilarang untuk untuk pesimis, tetapi harus optimis. Orang-orang yang pesimis terlihat lemah secara mental. Kelemahan itu membuatnya khawatir dalam menghadapi berbagai keadaan atau kondisi. Hal itu dilarang oleh Allah. Di antaranya dinyatakan di dalam QS Ali Imran (3) ayat 139, ”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

Orang-orang pesimis biasanya sering bimbang atau ragu alam bertindak dan mengambil keputusan. Hal itu dipengaruhi oleh kelemahan yang dimilikinya. Keragu-raguan itu akan mengerogoti dirinya sehingga keparcayaan terhadap diri berkurang dan hilang. Padahal Allah melarang hamba-Nya untuk ragu-ragu terhadap sesuatu. Hal itu ditegaskan dalam QS Al-Baqarah,2:147), “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” 

Menghilangkan atau menyingkirkan keragu-raguan yang ada di dalam diri diawali dengan iman. Iman menumbuhkan rasa percaya diri. Percaya diri itu muncul dari keyakinan, bahwa manusia adalah mahklauk yang berderajat tinggi yang diciptakan Allah. Dari situ akan muncul rasa optimis. Ketika sahabat bertanya, ”Apa yang dimaksud dengan rasa optimis?” Rasul Muhammad SAW menjawab, ”Yaitu kalimat yang baik yang sering didengar dari salah seeorang di antara kamu”(HR Ahmad).

Jadi, Kloter ke-17 yang terdiri dari penumpang yang beraneka-ragam latarbelakang atau”nano-nano” akan menjadi ”Kloter Rahmatalil Alamin” jika penumpangnya sekurang-kurangnya memiliki kedua hal itu. Kedua hal itu adalah selalu berpikir positif dan selalu optimis. Berpikir positif dan optimis menghadapi berbagai situasi dan kondisi dalam ”masyarakat kloter tujuh belas”, akan menjadikan kolter ini dirahmati oleh Allah SWT.

Selain itu, untuk ada ungkapan qalbu yang dilafazkan oleh lidah  ”warga kloter ketujuhbelas” yaitu, ”Kekuranganku ada pada kelebihanmu. Kalau bukan karena kekeuranganku, kelebihanmu tidak bermakan”. Orang-orang yang berpikir positif dan optimis akan selalu mengakui kekurangan dirinya dan mengakui kelebihan orang lain. Insya-Allah, Kloter Ketujuh Belas” senantiasa dalam Ridha Allah sehingga menjadi ”Kloter Rahmatallil Alamin”.

Makkah, Hotel Indonesia 320, Kamar 1324, 3 Juni 2024

2 comments

  1. Maa syaaAllah..
    Baarakallah, pak..
    Selamat menunaikan rangkaian ibadah haji, pak.. semoga kloter tujuh belas menjadi kloter Rahmatan Lil ‘alamiin..
    Salam dari kami, “Mita” putri bungsu salah seorang jamaah kloter tujuh belas, Papa Warmi M.Nur..

    1. Alhamdulillah, Mita. Papa Mita adalah sahabat saya. Lebih kurang 20 tahun kami tidak bertemu. Perjumpaan hanya di dunia Maya. Kamis,31 Mei 2024 kami berpelukan melepas rasa rindu. Di sebuah kamar penginapan Asrama Haji Parupuak Tabing kami dipertemukan Allah SWT. Alhamdulillah.

      Kami dulu, tahun 1965 – 1968 menjadi murid di SMP Kototinggi. Ketika itu kami tinggal satu rumah. Kami bukan hanya sekedar sahabat atau teman, tetapi lebih dari itu. Kami seperti saudara. Alhamdulillah di Kloter 17 kami diskenariokan oleh Allah SWT untuk bertemu. Alhamdulillah. Salam, Mita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *