KLOTER KETUJUHBELAS

Bagian Keenam: ISAK TANGIS DI NURUL IMAN

(Drama Tanpa Skenario dan Sutradara)

Oleh Zulkarnaini Diran

Hari itu Kamis, 31 Mei 2024. Calon Jemaah Haji (CJH) Kota Padang berkumpul di masjid Agung Nurul Iman Kota Padang. CJH ini tergabung di dalam kelompok terbang (Kloter) ke-17 embarkasi Padang. Khusus CJH Padang jumlahnya sekitar 73 orang. Jumlah jemaah sebanyak itu diantar oleh keluarga, sanak saudara, dan famili lima yang  jumlahnya lebih dari lima kali sebanyak jemaah. Artinya pengantar jauh lebih banyak dari yang berangkat.

Fenomena mengantar jemaah haji ramai-ramai ini seperti budaya yang tidak dapat ditolak. Ini telah menjadi tradisi turun-temurun. Oleh karena pengantar jauh lebih banyak, pemerntah dan pengelola haji membuat kebijakan. Pengantar hanya boleh sampai di kabupaten – kota masing-masing. Mereka tidak boleh sampai ke Asrama Haji tempat jemaah menginap. Kebijakan itulah yang menjadikan Masjid Agung Nurul Iman Kota Padang dibanjiri pengantar pada Kami (31/5).

Usai acara resmi dan seremonial, jemaah meninggalkan ruangan masjid. Mobil angkutan ke asrama haji telah parkir di Pelataran Timur Nurul Iman. Sebelum cjh menaiki angkutan yang diesediakan Pemko Padang itu, terjadilah ”drama spontan”, drama tanpa skenario dan tanpa sutradara. Drama tragedi itu terjadi demikian rupa. Terjadi secara drastis, serta-merta, dan tiba-tiba. Pelakunya adalah cjh dan para pengantarnya yakni keluarga, sanak famili, dan handai tolan.

Drama itu mengharukan. Kelurga, sanak famili, dan handai tolan ”menyerbu” jemaah yang akan berangkat. Mereka berasalaman dan berpelukan. Isak tangis yang diiringi tumpahan air mata tidak terhindarkan. Yang mengantar menumpahkan emosinya melalui tangis dan air mata, yang pergi juga demikian. Di antara remang-remang cahaya lampu di parkiran masjid megah Kota Padang itu saya melihat suasana seperti ”mengantarkan jenazah” ke tempat perisitrahatannya yang terakhir. Hal itu menggambarkan seolah-olah  yang pergi tidak akan kembali lagi. Suasana bagaikan lukisan dari sebuah perpisahan yang abadi.

Saya dan istri juga diantar oleh keluarga. Anak saya yang dapat mengantar hanya satu orang dan satu cucu, Khloisah (6), cucu nomor dua kecil dari sembilan orang cucu. Kemudian ada anak dari adik-adik dua orang. Suasana tercipta bukanlah karena banyak sedikitnya yang mengantar. Akan tetapi, suasana itu terjadi karena luapan emosi dari yang mengantar dan yang diantar. Saya dan istri dipeluk oleh anak dan cucu. Pelukan itupun juga diiringi oleh isak tangis dan tetesan air mata.

Di dalam drama spontan dan serta-merta itu, saya tetap berusaha untuk tersenyum, untuk menyatakan ekpresi bahwa ini bukanlah ”perpisahan abadi”. Istri saya terlihat berkali-kali menghapus air mata ketika berpelukan dengan anak-anak. Isakannya saya dengar dengan jelas ketika memeluk cucu ”Kholisah” satu-satunya yang sempat mengantar. Kholisah mewakili kakak dan adiknya yang delapan orang lagi. Begitulah drama tanpa skenario dan sutradara itu pun berakhir setelah mobil yang mengangkut calon jemaah bergerak menuju Asrama Haji Parupuak Tabiang, Kota Padang.

Dalam perjalanan ke asarama haji saya membatin. Memang pantaslah airmata ”tertumpah” di tempat pengelpasan calon jemaah haji itu. Kepantasannya dapat dilihat dari berbagai dimensi. Di antaranya dimensi ”perasaan”. Bagi cjh ada perasaan terhadap yang ditinggalkan di Tanah Air. Semua usaha, upaya, hasil perjuangan, dan harta benda akan ditinggalkan. Semuanya itu adalah hasil perjuangan puluhan tahun. Anak-anak, menantu, cucu, orang tua, adik, kakak, dan semua sanak famili tersayang dan tercinta akan ditinggalkan. Mereka akan ditinggalakan dalam waktu yang cukup lama, lebih kurang empatpuluh dua hari. Begitu pula halnya dengan harta benda yang dimiliki, semuanya akan ditinggalkan.

Dimensi lain adalah tentang kepastian. Kepergian memenuhi panggilan Allah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima ini adalah kepastian. Kepastian itu didukung oleh segala persyaratan yang telah dipenuhi oleh cjh. Insya-Allah ”patilah” berangkat, sampai ke Tanah Suci, dapat menunaikan ibadah dengan lancar dan khusuk. Jika Allah mengizinkan adalah batas dari ”kepastian” itu. Pada  sisi lain, tidak ada jaminan dengan ”pasti” akan kembali. Apakah kepergian ini akan diringi dengan kembali lagi ke Tanah Air, tidak ada “kepastian”. Ketidak-pastian itulah barangkali yang membuat isak tangis dan airmata tertumpah saat perpisahan.

Padahal sebenarnya, jika ”iman” bersarang dan mengakar di dalam dada, airmata dan tangis tidak pelu menghiasi drama tanpa skenario dan sutradara itu. Apatah lagi jika bekal yang dimiliki untuk berhaji adalah ”taqwa”. Perjalanan berhaji itu dilandasi oleh iman dan diwujudkan dalam bentuk taqwa. Kalau itu yang ”bersarang” di dada, drama itupun tidak perlu terjadi. Manusia hanya memiliki dua ”otoritas” atau kewenangan, yaitu berupaya atau berikhtiar dan berdoa. Hanya dua itulah yang dilimpahkan Allah kepada manusia. Sementara ”eksekusi” akhir atau keputusan  akhir yang terkait dengan hasil menjadi ”wewenang” Allah SWT. Tidak pernah hal itu diberikan Allah kepada manusia dan mahkluk lain.

Kini drama itu telah terjadi, telah berlalu. Isak tangis dan airmata itu telah tertumpah di Nurul Iman, masjid kebanggaan muslim Kota Padang. Sementara para cjh kini sedang berada di Kota makkah Almukarramah. Sedang mempersiapkan diri menunggu hari ”Arofaah”. Prosesi lain sebagai ibadah awal telah pula dilakukan, yakni ”Umroh Wajib” sebagai bagian dari rangkaian proses haji. Insya-Allah rangkain setiap prosesi iabdah dapat dilaksanakan cjh Kloter Ketujuhbelas dengan lancar, tekun dan khusus. Insya-Allah pula, jika prosesi ibadah ini selesai, jemaah kembali ke Kampung Halaman dengan selamat. Saat nanti kembali, tentu tetap saja akan terjadi lanjutan drama tanpa skenario dan sutradara. Suasananya akan diwaarnai isak tangis dan airmata kegembiraan dan kebahagiaan.

Semoga CJH Kloter Ketujuhbelas tetap sehat, gembira, dan khusk melaksanakan ibadah di Tanah Suci, pulang mendapatkan ”haji yang mabrur”, amin Yrobbal Alamin.

Makkah, Romance House Hotel 1324, 5 Juni 2024

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *