KITA BEBAS MEMILIH

Oleh Zulkarnaini Diran

Demi … jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan  merugilah orang yang mengotorinya. (QS Asy-Syam, 91: 7 – 10)

Ada pendapat para ulama. Pendapat itu termaktub dalam berbagai sumber. Allah menyediakan tiga nikmat besar kepada hamba-Nya. Ketiga nikmat itu adalah nikmat hidup, nikmat memilih, dan nikmat hidayah. Nikmat hidup diberikan kepada semua makhluk, nikmat memilih hanya diperuntukkan bagi manusia, sedangkan nikmat hidayah dibagikan kepada “manusia pilihan”. Nikmat-nikmat  itulah yang dilimpahkan kepada  makhluk ciptaan-Nya pada setiap waktu dan tempat.

Manusia diberi “hak istimewa” oleh Allah. Selain diciptakan dalam ”sebaik-baik bentuk”(At-Tin,95:4), juga diberi perangkat-perangkat hidup istimewa lainnya. Akal, pikiran, hati, anggota tubuh, dan sebagainya merupakan perangkat hidup dunia yang amat komplit. Semua itu dikaruniakan-Nya dalam ”ranah arrahman” kepada hamba-hambanya.

Manusia, selain diciptakan dalam sebaik-baik bentuk dan dibekali dengan perangkat  kehidupan yang lengkap. Keistimewaan lain adalah dilahirkan dalam keadaan ”fitrah” atau suci (QS Ar-Rum,30:30). ”Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah…” (H.R. Muslim). Keistimewaan-keistimewaan itu pulalah barangkali yang menjadikan manusia mendapat nikmat istimewa yakni ”nikmat memilih dan nikmat hidayah”.

Jika kita mau merenung secara intens, akan muncul kesadaran yang mendalam di dalam jiwa. Betapa Maharahim dan Maharahmannya Allah kepada manusia. Kita dilahirkan dalam keadaan suci, dalam sebaik-baik bentuk, dibekali dengan perangkat hidup yang lengkap, dan mendapat hak-hak istimewa. Satu di antaranya adalah ”hak memilih” yang ditandai dengan pernyataan Allah, ”Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan” (QS Asy-Syam,91:8). Sungguh penghargaan yang pantastis diberikan Allah kepada hamba-Nya dalam konteks ”hak asasi” yang ”demokratis”. Pengilhaman kepada manusia untuk memilih ”fasik atau takwa”. Pilihlah mana yang disuka.

Ternyata, dalam menapaki kehidupan di dunia yang fana ini, kita memiliki dua peluang yang sama dan seimbang. Kedua peluang itu adalah ”fasik” atau ”takwa”. Memilih fasik boleh, memilih takwa boleh. Pilihlah sesuai yang dimaui, yang disukai!

Fasik adalah keluar dari ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya. Orang fasik tentunya orang yang tidak mengikuti perintah Allah dan rasul. Orang fasik beranggapan bahwa berbuat dosa adalah hal yang biasa. Melanggar perintah Allah dan rasul adalah kelaziman. Ujung dari kefasikan adalah keluar dari agama Islam atau dikenal dengan ”murtad”. Mau memilih ini, silakan, karena memang diilhamkan kepada setiap jiwa. Boleh dipilih, tetapi pertimbangkanlah.

Takwa ada ketaatan dan kepatuhan. Orang bertakwa adalah orang yang senantiasa melaksanakan perintah Allah dan selalu menjauhi larangan-larangannya. Takwa muncul dari lubuk hati yang paling dalam, kemudian diiringi dengan perilaku dan tindakan-tindakan yang berwujud amal kebajikan. Takwa itu sendiri muncul dari ibadah-ibadah yang dilakukan. Ibadah shalat mengantarkan orang ke jenjang takwa, ibadah puasa, zakat, dan haji juga demikian. Takwa menjadi pilihan karena ” ….Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa ….” (QS Al-Hujurat,49:13).  Ini pilihan kedua, pilihlah!

Memilih adalah hak. Memilih juga mengambil keputusan atau mengeksekusi. Ketika kita menjatuhkan pilihan terhadap sesuatu, kita telah memutuskan untuk mengambilnya secara total dan konfrehensif. Artinya kita mimilihnya secara utuh dan total dengan segala demensi dan pengekornya. Ketika kita memilih fasik, kita juga berisiap untuk menerima segala konsekuensinya, segala rugi, dan segala labanya. Ketika kita memilih takwa juga demikian halnya. Kita akan menerima segala dampak dari pilihan itu. Mempersiapkan diri untuk menenerima segala resiko dan konsekuensinya adalah ciri khas dari keberanian memilih, menetapkan, dan mengeksekusi.

Ternyata, Allah mengingatkan atas kebebasan memilih yang diberikan kepada setiap ”jiwa” itu. Peringatan itu adalah, ” Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan  merugilah orang yang mengotorinya” (QS Asy-Syam,91: 9-10) .

Oleh karena kita diilhamkan untuk memilih dengan peluang yang sama, tinggal kita menetapkan dan menjatuhkan pilihan atau mengeksekusinya. Pilihan yang ditetapkan, tentu diikuti oleh segala resiko yang melekat padanya. Pilih fasik, berarti memilih ingkar terhadap perintaah Allah dan rasul-Nya. Ujungnya adalah ”murtad” atau kafir. Pilih takwa, berarti memilih ketaatan kepada perintah Allah dan melaksanakan petunjuk rasul-Nya. Ujungnya adalah menjadi orang yang paling mulia di sisi Allah. Tinggal memilih.

Mari, sahabat seiman, kita jatuhkan pilihan kepada yang ”paling tepat” menurut nurani kita yang paling dalam. Insya-Allah!

Padang, 17 Januari 2024

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *